PENARAPAN FUNGSI SOCIAL HAK ATAS
TANAH
UNTUK
MENGEMBANGKAN EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS AGRARIS DI KABUPATEN SRAGEN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan
cerminan produktivitas masyarakat, dimana untuk memajukan produktivitas
perekonomian pada suatu daerah salah satunya dengan penerapan fungsi sosial hak
atas atas tanah, karena sumber daya alam satu-satunya yang mudah di kelolah
ialah tanah. Jadi sudah seharusnya pemerintah lebih mengusahakan hak sosial
atas tanah dengan pengelolahan secara maksimal guna menjadikan kehidupan
masyarakat yang lebih sejahtera, karena tujuan dari suatu daerah atau negara
ialah mensejahterakan masyarakatnya dan juga dengan pemberdayaan pada bidang
pertanian dapat menjaga kelestarian alam dan kecukupan akan bahan pokok. Dimana
di wilayah kabupaten sragen ini penggerak utama perekonomian daerahnya ialah
pada bidang pertanian. Jadi dalam makalah saya kali ini saya akan memaparkan
tentang Penerapan Fungsi Sosial Hak Atas Tanah untuk Kehidupan Agraris di Kabupaten
Sragen.
Rumusan Masalah
Dalam makalah Penerapan Fungsi Sosial Hak Atas Tanah
untuk Kehidupan Agraris di Kabupaten Sragen ini, saya mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1.
Upaya
apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam penerapan
fungsi sosial hak atas tanah untuk kehidupan agraris di kabupaten sragen ini ?
2.
faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam
menguatkan kehidupan agraris di kabupaten Sragen ini ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Deskripsi
kehidupan agraris dalam penerapan fungsi sosial hak atas tanah
(terkait data – data
kondisi tanah pertanian, jumlah tenaga kerja di bidang pertanian dll)
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang terletak sekitar 30 km sebelah timur Kota
Surakarta. Wilayah Kabupaten Sragen di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ngawi (Jawa Timur), sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali. Mata pencaharian penduduk di kabupaten Sragen sebagian besar adalah
sebagai petani, sehingga sektor yang paling menonjol di Kabupaten Sragen adalah
sektor pertanian, jika dibandingkan dengan sektor – sektor yang lain seperti
sektor pertambangan, industri, dan sebagainya.
Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 94.155,81 Ha,
yang terdiri dari 20 Kecamatan. Wilayah pertanian di Kabupaten Sragen terbagi
menjadi dua wilayah oleh Sungai Bengawan Solo, yakni wilayah sebelah utara
Bengawan Solo yang terdiri dari 11 Kecamatan dan wilayah sebelah Selatan
Bengawan Solo yang terdiri dari 9 Kecamatan. Untuk wilayah pertanian selatan Bengawan
Solo, struktur dan kondisi tanahnya sangat subur karena wilayahnya berada di
bantaran sungai Bengawan Solo, misalnya kecamatan Masaran, Sidoharjo, Kedawung dan
sebagainya. Para petani yang berada di wilayah selatan Bengawan Solo
mengusahakan pertaniannya dengan pola tanam “padi – padi – padi dan padi – padi
– polowijo”. Maksud dari pola tanam tersebut yakni dalam kurun waktu dua tahun
dimana pada tahun pertama yang musim
penghujan jangka waktunya lebih lama daripada musim kemarau para petani dalam
mengusahakan lahannya untuk menanam padi terus dalam kurun waktu satu tahun
dengan masa panen tiga kali, karena curah hujan yang tinggi sangat baik untuk
menanam padi. Sehingga dalam musim ini tingkat produksi padi di Kabupaten
Sragen mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sedangkan pada tahun berikutnya
dimana musim kemarau jangka waktunya lebih lama daripada musim penghujan para
petani mengusahakan lahannya dengan menanam padi untuk dua kali masa panen
(pada masa pancaroba) dan untuk masa panen terakhir ditanami tanaman palawija.
Karena pada musim ini curah hujannya berkurang, sehingga tidak memungkinkan
dalam kurun waktu satu tahun ini ditanami padi terus oleh karena itu
penanamannya diselingi dengan tananam palawija.
Sedangkan untuk wilayah pertanian yang berada utara Bengawan
Solo, struktur dan kondisi tanahnya kurang subur karena sebagian besar tanannya
berupa tanah kapur atau tanah tandus. Para petani yang tinggal disebelah utara
Bengawan Solo mengusahakan lahan pertaniannya dengan menggunakan pola tanamnya “padi
– padi – polowijo dan padi – polowijo – Bero”. Maksud dari pola tanam tersebut
yakni dalam kurun waktu dua tahun dimana pada tahun pertama yang musim
penghujan jangka waktunya lebih lama daripada musim kemarau, para petani dalam
mengusahakan lahannya untuk menanam padi dengan masa panen dua kali dan dalam
masa panen terakhir ditanami tananam palawija karena dalam hal ini meskipun
memasuki musim penghujan yang semestinya dapat ditanami padi terus tetapi untuk
wilayah utara Bengawan Solo masa panen terakhir yang merupakan peralihan dari
musim penghujan menuju musim kemarau dimana curah hujan pada masa ini tidak
tentu, lebih memilih untuk ditanami tanaman palawija karena kondisi tanahnya
yang kurang subur. Sedangkan pada tahun berikutnya dimana musim kemarau jangka
waktunya lebih lama daripada musim penghujan para petani di wilayah utara
Bengawan Solo dalam mengusahakan lahannya hanya dapat ditanami padi untuk satu
kali masa panen saja, karena curah hujannya sedikit, kemudian pada masa panen
kedua di Tanami palawija dan masa panen terakhir tidak dapat ditanami karena
tidak ada air.
Kawasan pertanian lahan basah di kecamatan Masaran ,
Sidoharjo, Sragen, Karangmalang, Kedawung, Sambirejo , Gondang , Sambungmacan,
Ngrampal dan sebagian Kecamatan Plupuh.
a) Kawasan
lahan pertanian kering di Kecamatan Kalijambe,
Gemolong, Miri , Sumberlawang, Tanon, Mondokan, Sukodono, Gesi., Tangen, Jenar
dan sebagian wilayah kecamatan Plupuh.
b) Budidaya
tanaman padi Lokasi Potensial : Kec. Sragen,
Sambirejo, Gondang, Sambungmacan, Ngrampal, Sidoharjo, Karangmalang, Kedawung ,
Plupuh, Masaran, Tanon
c) Budidaya
tanaman padi Organik Lokasi Potensial : Kec.
Sambirejo, Gondang, Sambungmacan, Ngrampal, Sidoharjo, Karang malang, Kedawung
dan Masaran
d) Budidaya
tanaman Kacang Tanah Lokasi Potensial di
kecamatan Kalijambe , Miri, Gemolong, Plupuh , Sumberlawang dan Mondokan .
e) Budidaya
tanaman Jagung Lokasi Potensial di kecamatan
Sumberlawang, Gesi, Sambirejo, Tangen, Jenar, Sukodono, Sambungmacan, dan
Kalinjambe.
f) Budidaya
tanaman Lombok/ Cabe Lokasi Potensial di
kecamatan Kalijambe, Sragen, Sukodono, Gemolong, Ngrampal, Gondang, Sidoharjo,
Kedawung dan Jenar.
g) Budidaya
White Melon Lokasi Potensial di desa Gawan dan Jono
kecamatan Tanon , dan di desa Patihan kecamatan Sidoharjo.
h) Budidaya
tanaman Semangka Lokasi Potensial : Kec. Tanon,
Gesi, Kr.malang, Kedawung, Sidoharjo, Masaran.
i)
Budidaya tanaman Jeruk
Besar Lokasi Potensial : Kec. Kalijambe,
Plupuh, Sb. Lawang, Tanon, Sidoharjo, Sambirejo, Kedawung, Masaran.
j)
Budidaya tanaman Sentra
produksi untuk Cabe rawit dikembangkan di : Kec. Jenar, Tangen Gesi, Mondokan,
Sukodono, Sumberlawang
k) Budidaya
tanaman Cabe Besar dikembangkan di : Kec. Tanon,
Kedawung, Sambirejo, Karang Malang, Sidoharjo, Masaran, Sambungmacan
l)
Budidaya tanaman Garut Sentra
produksi : Kec. Gesi , Tangen ,Sukodono dan Jenar. Lokasi Potensial : Kec.
Gesi, Tangen, Jenar, Mondokan,Tanon, Sukodono,Sumber
Di
wilayah eks Karesidenan Surakarta, Kabupaten Sragen merupakan daerah penghasil
gabah/beras terbesar. Selama lima tahun terakhir selalu mengalami surplus
rata-rata 205 ribu ton beras pertahun. Tidak heran kalau Sragen juga dikenal
sebagai salah satu Lumbung Padi Jawa Tengah. Tanaman padi masih merupakan
komoditas utama yang dibudidayakan oleh petani yang mempunyai karakteristik
tanam dan panen secara serempak pada areal yang cukup luas. Potensi sumber daya
alamnya cukup untuk melangsungkan hidup ekosistem. Kawasan pertanian di
Kabupaten Sragen mempunyai prospek yang baik, khususnya pertanian lahan basah.
Kondisi tersebut, karena didukung oleh adanya saluran irigasi teknis dari waduk
Gajah Mungkur Wonogiri serta adanya 7 waduk di wilayah Kabupaten Sragen antara
lain : Gebyar, Blimbing, Kembangan, Botok, Brambang, Gembong dan Ketro.
Disamping Waduk juga didukung adanya Embung yang tersebar di 13 Kecamatan di 23
lokasi.
2. Beberapa
peran pemerintah dalam menerapkan fungsi social hak atas tanah dan landreform
untuk penguatan kehidupan agraris kabupaten sragen adalah :
a.
Penggalakan padi organik.
Melalui pengembangan padi organic diharapkan para petani di Kabupaten
Sragen terbuka wawasannya untuk menanamdan mengembangkan produk-produk
pertanian yang lebih memiliki nilai jual tinggi.
b.
Pemerintah kabupaten mulai mempromosikan
pola pertanian terpadu untuk meningkatkan perekonomian penduduk. Caranya,
dengan memadukan keterkaitan sektor pertanian pangan dan peternakan. Keterkaitan yang dimaksud adalah penyediaan pupuk organik dari kotoran
ternak sebagai pengganti pestisida. Banyaknya padi akan juga berarti banyaknya
jerami yang bisa digunakan sebagai pakan ternak untuk meningkatkan produksi
ternak. Kotoran hewan dijadikan pupuk tanaman padi, sedang jerami untuk pakan
ternak.
c.
Pemerintah telah memperbaiki sejumlah sarana dan
prasarana seperti jalan dan jembatan juga dipersiapkan untuk menarik investor
mengembangkan usaha di sini. Jaringan transportasi, jalan utama, dan rel kereta
api jalur utara dan selatan, yang melintasi Kabupaten Sragen, menjadikan akses
daerah ini ke kota-kota besar di Jawa menjadi mudah. Kemudahan lainnya adalah
akses ke Bandar Udara Adi Sumarmo (Solo) yang dapat ditempuh dalam satu jam dan
ke Pelabuhan Laut Tanjung Emas (Semarang), untuk arus barang ekspor-impor yang
terjadi setiap hari, bisa dicapai dalam waktu sekitar tiga jam.
d.
Pemerintah Kabupaten Sragen
akan menyelenggarakan kegiatan KTNA EXPO 2010 pada tanggal, 26 s/d
27 Juni 2010. Kegiatan tersebut
dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Gondang dengan pembagian tempat, di Kantor
BPP Kecamatan Gondang untuk kegiatan perlombaan, Gedung IPHI Kecamatan Gondang
untuk acara Temu Wicara, dan di Lapangan Sepak Bola Kecamatan Gondang untuk Pameran
dan Hiburan Rakyat. Kegiatan expo ini
secara garis besar bertujuan untuk mengidentifikasi usaha pertanian, perikanan,
peternakan dan kehutanan yang diusahakan oleh Petani dan Peternak di Kabupaten
Sragen pada umumnya, baik keunggulan, kelemahan, maupun potensi yang bisa
digali dari sektor tersebut. Selain itu para petani dan peternak juga harus
diberi pengetahuan dan motivasi untuk terus berinovasi tentang budidaya
pertanian dan peternakan yang lebih baik dan menjanjikan. Dari kegiatan ini sasaran yang akan dicapai adalah : Pengetahuan petani
dan peternak di bidang pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan
kehutanan lebih meningkat; Petani dan peternak termotivasi untuk mengembangkan
usahanya; Pendapatan petani dan peternak meningkat; Memperoleh data dan bukti
tentang usaha di bidang pertanian dan peternakan, keunggulan dan kelemahan
serta potensi yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Sragen; Lahirnya mitra
petani dan peternak yang akan membantu atau bekerjasama di bidang pertanian dan
peternakan; Petani dan peternak mempeeroleh solusi dari permasalahan dan
hambatan yang mengganggu usahanya; Terjadinya hubungan yang serasi antara
petani, peternak dan para mitra atau Stake Holder di bidang pertanian dan
peternakan di wilayah Kabupaten Sragen.
e.
Pemberian bantuan pupuk pada
masyarakat berupa potongan harga.
f.
Pengupayaan Pengelolaan Pupuk
Organik Berbasis Sampah Pasar.
Sosialisasi Pupuk
Bokashi di Desa Klandungan Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen. Dengan
adanya metode dan teknik penyuluhan sosialisasi pupuk bokasi dapat dilaksanakan
dengan baik di Desa Klandungan, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen.
Diharapkan dengan adanya sosialisasi pupuk bokasi di lahan ini, petani dapat menerapkan penggunaan Pupuk Bokasi setelah
tahu tentang manfaat, keuntungan cara-cara pembuatan dll, petani dapat menambah
dan meningkatkan pengetahuan tentang pupuk bokasi, dan petani mempunyai
kemampuan dalam pembuatan dan penggunaan pupuk bokasi. Mengingat betapa
mahalnya harga pupuk anorganik saat ini. Dengan pemakaian pupuk buatan yang
harganya selalu merangkak naik terus-menerus, sedangkan nilai jual hasil
pertanian yang tidak begitu menggembirakan maka alternatif pemakaian Pupuk
Bokasi ini akan sedikit mengurangi biaya produksi usahatani.
3. faktor-faktor
yang berpengaruh dalam menguatkan kehidupan agraris.
- Sebagian petani sudah bersifat komersil (mencari keuntungan) , sudah sedikit demi sedikit meninggalkan sifat subsinten (suatu sistem petani dimana tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan untuk petani dan keluarganya saja). Akibatnya bertani merupakan mata pencaharian utama sebagian besar penduduk, sudah bisa meningkatkan pendapatan petani dari masa ke masa. Kehidupan para petani sudah terjamin dengan penjualan hasil pertaniannya.
- Semakin luasnya lahan pertanian dan lahan pertanian yang subur. sebagian pertanahan diderah Sragen sebelah selatan memiliki tanah yang lebih subur, dibanding dengan Sragen Utara.
- Perlunya inovasi teknologi pertanian dalam pemantapan ketahanan pangan nasional. Inovasi teknologi pertanian berperan dalam meningkatkan produktivitas pangan, diversifikasi jenis dan kualitas pangan, penciptaan nilai tambah, kesempatan kerja, dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Dengan teknologi tepat guna efisiensi produksi dapat ditingkatkan sehingga meningkatkan daya saing produk pangan di dalam negeri dan di pasar internasional. Peran inovasi teknologi pertanian terkait dengan upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan hasil perikanan sebagai sumber bahan pangan. Secara teoritis, penerapan inovasi teknologi budidaya seperti penggunaan bibit unggul, pengelolaan sumberdaya lahan yang baik, pemupukan yang tepat, dsb. akan dapat meningkatkan hasil produksi dan pendapatan usahatani.
- Cara Pemupukan yang tepat. Hasil penelitian Puslibangtanak (2005) menunjukkan bahwa penerapan teknologi pemupukan melalui pengayaan P-alam 1 ton/ha + 2 ton pupuk kandang pada tanah Oxitols dan Ultisols dapat meningkatkan produksi jagung antara 30 – 90 persen; peningkatan pendapatan usahatani sebesar 90 – 170 persen dengan tingkat R/C rasio yang lebih tinggi.Penerapan teknologi penggunaan pupuk organik dengan tidak menggunakan bahan kimia sintesis tetapi dengan menggunakan pupuk kandang dan hijauan titonia dengan kombinasi masing-masing 20 kg + 30 kg/bedeng dengan ukuran 1 x 8 meter pada tanaman sayuran akan diperoleh berbagai keuntungan. Diantara berbagai keuntungan tersebut adalah (1) meningkatkan dan menjaga produktivitas pertanian jangka panjang serta memelihara sumberdaya alam dan lingkungan; (2) meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari pertanian; (3) menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani; (4) menghasilkan sayuran yang sehat dan bergizi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat; dan (5) meningkatkan pendapatan petani (Puslitbangtanak, 2005).
- Bangunan untuk menyimpan hasil pertanian. Produk hasil pertanian tentunya memerlukanfasilitas penyimpanan sebelum diproses atau sebelum dipasarkan. Tujuan penyimpanan secara fisik adalah untuk mempertahankan mutu dan mencegah kerusakan produk. Penyimpanan diperlukan karena berkaitan dengan tujuan pemasaran, yaitu menunggu hingga harga pasar baik untuk menjual hasil pertanian.Jenis-jenis bangunan penyimpanan hasil pertanian:
* Rumah
pengepakan
* Bangunan penyimpanan hasil pertanian dalam
karung (gudang)
* Bangunan
penyimpanan hasil pertanian dalam bentuk curah (silo)
* Bangunan
penyimpanan kayu
- Bangunan untuk penyimpanan bahan, alat, mesin pertanian. Jenis bangunan ini sangat penting dalam usaha tani skala besar dan komersial. Kondisi yang harus dipenuh dalam konstruksi bangunan pertanian jenis ini adalah faktor keselamatan dan kesehatan kerja, mengingat bahwa bangunan ini berguna untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan budidaya pertanian seperti benih, bahan-bahan kimia seperti pupuk, pestisida, dan bahan bakar serta alat dan mesin pertanian seperti traktor. Sebaiknya bangunan ini dilengkapi dengan fasilitas keselamatan seperti pemadam kebakaran serta pintu darurat. Konstruksi bangunan juga sebaiknya tahan api dan tidak mudah runtuh dalam kondisi apapun. Kebutuhan fasilitas lainnya disesuaikan, misalnya untuk bangunan penyimpanan traktor dan implemennya, diperlukan pintu yang besar.
- Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan keluarga petani dan organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal dan sarana produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis dan mengembangkan kemitraan dengan sektor swasta. Program ini melakukan penguatan seluruh instrumen yang terlibat dalam pembangunan pertanian, yakni penyuluh, peneliti, dan petani.Program ini adalah bagian dari usaha pemerintah untuk merevitalisasi sektor pertanian, melalui pemberdayaan petani agar meningkat aksesnya terhadap informasi (teknologi, pasar, jaringan usaha), meningkat pengetahuannya, dan pendapatannya semakin layak.
- Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan, secara garis besar ditujukan untuk: (a) meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional, (b) menciptakan lapangan kerja berkualitas di pedesaan, khususnya lapangan kerja non-pertanian, yang ditandai dengan berkurangnya angka pengangguran terbuka dan setengah terbuka, dan (c) meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan masyarakat pedesaan, yang dicerminkan dari peningkatan pendapatan dan produktivitas pekerja di sektor pertanian
BAB
III
KESIMPULAN
- Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam penerapan fungsi sosial hak atas tanah untuk kehidupan agraris di kabupaten sragen ini ?
Dalam
upaya yang telah dilakukan di wilayah Sragen ini sudah cukup bervariatis dimana
sudah diterapkan system antara dua wilayah yaitu wilayah Sragen bagian Selatan
dan wilayah Sragen Utara.
Untuk
wilayah pertanian selatan Bengawan Solo, struktur dan kondisi tanahnya sangat
subur karena wilayahnya berada di bantaran sungai Bengawan Solo, misalnya
kecamatan Masaran, Sidoharjo, Kedawung dan sebagainya. Para petani yang berada
di wilayah selatan Bengawan Solo mengusahakan pertaniannya dengan pola tanam “padi
– padi – padi dan padi – padi – polowijo”.
Para
petani yang tinggal disebelah utara Bengawan Solo mengusahakan lahan
pertaniannya dengan menggunakan pola tanamnya “padi – padi – polowijo dan padi
– polowijo – Bero”.
Dan
juga upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
produktivitas pertanian wilayah Kabutan Sragen ini yaitu :
·
Penggalakan padi organik.
·
Pemerintah
kabupaten mulai mempromosikan pola pertanian terpadu untuk meningkatkan
perekonomian penduduk.
·
Pemerintah telah
memperbaiki sejumlah sarana dan prasarana seperti jalan dan jembatan juga
dipersiapkan untuk menarik investor mengembangkan usaha di sini.
·
Pemerintah
Kabupaten Sragen akan menyelenggarakan kegiatan KTNA EXPO 2010 pada
tanggal, 26 s/d 27 Juni 2010.
·
Sosialisasi Pupuk
Bokashi di Desa Klandungan Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen.
·
Pengupayaan Pengelolaan Pupuk
Organik Berbasis Sampah Pasar.
·
Pemberian bantuan pupuk pada
masyarakat berupa potongan harga.
2.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam menguatkan
kehidupan agraris.
·
Sebagian
petani sudah bersifat komersil (mencari keuntungan)
·
Semakin
luasnya lahan pertanian dan lahan pertanian
·
yang
subur.
·
Perlunya
inovasi teknologi pertanian dalam pemantapan ketahanan pangan nasional.
·
Cara Pemupukan
yang tepat.
·
Bangunan untuk
menyimpan hasil pertanian.
·
Bangunan untuk
penyimpanan bahan, alat, mesin pertanian.
·
Program
Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP)
·
Revitalisasi
Pertanian dan Pedesaan
Atas keterlibatan
semua pihak dalam menjalankan upaya pemerintah sragen untuk meningkatkan
produktivitas pertanian guna menopang pertumbuhan perekonomian di wilayah
sragen ini sudah cukup dikatakan berhasil, dengan meingkatnya jumlah produksi
pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Data dari Badan Pusat Statistik kabupaten
Sragen
Data dar Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Sragen
id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sragen
0 komentar:
Posting Komentar