1.
Deskripsi
kehidupan agraris dalam penerapan fungsi sosial hak atas tanah dan Landerform (terkait data
– data kondisi tanah pertanian, jumlah tenaga kerja di bidang pertanian dll)
Berdasarkan data yang kami terima dari BPN,
kabupaten Sragen mempunyai luas wilayah 941,55 Km². luas tanah yang
dijadikan persawahan seluas 40.127,45 Ha² dan lahan yang diperuntukan atau
digunakan sebagai lahan bukan sawah seluas 54.027,55 Ha². Lahan sawah terdiri
dari irigasi teknik, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, tadah hujan,
dll. Sedangkan lahan yang bukan sawah terdiri dari
pekarangan/bangunan,tegal/huma, Padang, kolam, hutan Negara, dll. Pada tahun
2010, dengan luas panen sebesar 95,876 Ha memproduksi padi sebanyak 543,381
ton. (sumber : Badan Pertanahan Nasional).
Mata pencaharian penduduk di kabupaten Sragen sebagian besar adalah sebagai
petani, sehingga sektor yang paling menonjol di Kabupaten Sragen adalah sektor
pertanian, jika dibandingkan dengan sektor – sektor yang lain seperti sektor
pertambangan, industri, dan sebagainya. Wilayah pertanian di Kabupaten Sragen
terbagi menjadi dua wilayah oleh Sungai Bengawan Solo, yakni wilayah sebelah utara
Bengawan Solo yang terdiri dari 11 Kecamatan dan wilayah sebelah Selatan
Bengawan Solo yang terdiri dari 9 Kecamatan. Untuk wilayah pertanian selatan
Bengawan Solo, struktur dan kondisi tanahnya sangat subur karena wilayahnya
berada di bantaran sungai Bengawan Solo, misalnya kecamatan Masaran, Sidoharjo,
Kedawung dan sebagainya.
Para petani yang berada di wilayah selatan Bengawan
Solo mengusahakan pertaniannya dengan pola tanam “padi – padi – padi dan padi –
padi – polowijo”. Maksud dari pola tanam tersebut yakni dalam kurun waktu dua
tahun dimana pada tahun pertama yang musim
penghujan jangka waktunya lebih lama daripada musim kemarau para petani dalam
mengusahakan lahannya untuk menanam padi terus dalam kurun waktu satu tahun
dengan masa panen tiga kali, karena curah hujan yang tinggi sangat baik untuk
menanam padi. Sehingga dalam musim ini tingkat produksi padi di Kabupaten
Sragen mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sedangkan pada tahun berikutnya
dimana musim kemarau jangka waktunya lebih lama daripada musim penghujan para
petani mengusahakan lahannya dengan menanam padi untuk dua kali masa panen
(pada masa pancaroba) dan untuk masa panen terakhir ditanami tanaman palawija. Karena
pada musim ini curah hujannya berkurang, sehingga tidak memungkinkan dalam
kurun waktu satu tahun ini ditanami padi terus oleh karena itu penanamannya
diselingi dengan tananam palawija.
Sedangkan untuk wilayah pertanian yang berada utara
Bengawan Solo, struktur dan kondisi tanahnya kurang subur karena sebagian besar
tanannya berupa tanah kapur atau tanah tandus. Para petani yang tinggal
disebelah utara Bengawan Solo mengusahakan lahan pertaniannya dengan
menggunakan pola tanamnya “padi – padi – polowijo dan padi – polowijo – Bero”. Maksud
dari pola tanam tersebut yakni dalam kurun waktu dua tahun dimana pada tahun
pertama yang musim penghujan jangka waktunya lebih lama daripada musim kemarau,
para petani dalam mengusahakan lahannya untuk menanam padi dengan masa panen
dua kali dan dalam masa panen terakhir ditanami tananam palawija karena dalam
hal ini meskipun memasuki musim penghujan yang semestinya dapat ditanami padi
terus tetapi untuk wilayah utara Bengawan Solo masa panen terakhir yang
merupakan peralihan dari musim penghujan menuju musim kemarau dimana curah hujan
pada masa ini tidak tentu, lebih memilih untuk ditanami tanaman palawija karena
kondisi tanahnya yang kurang subur.
Sedangkan pada tahun berikutnya dimana musim kemarau
jangka waktunya lebih lama daripada musim penghujan para petani di wilayah
utara Bengawan Solo dalam mengusahakan lahannya hanya dapat ditanami padi untuk
satu kali masa panen saja, karena curah hujannya sedikit, kemudian pada masa
panen kedua di Tanami palawija dan masa panen terakhir tidak dapat ditanami
karena tidak ada air. Kawasan
pertanian lahan basah di kecamatan Masaran , Sidoharjo, Sragen, Karangmalang,
Kedawung, Sambirejo , Gondang , Sambungmacan, Ngrampal dan
sebagian Kecamatan Plupuh.
a) Kawasan
lahan pertanian kering di Kecamatan Kalijambe,
Gemolong, Miri , Sumberlawang, Tanon, Mondokan, Sukodono, Gesi., Tangen, Jenar
dan sebagian wilayah kecamatan Plupuh.
b) Budidaya
tanaman padi Lokasi Potensial : Kec. Sragen, Sambirejo,
Gondang, Sambungmacan, Ngrampal, Sidoharjo, Karangmalang, Kedawung , Plupuh,
Masaran, Tanon
c) Budidaya
tanaman padi Organik Lokasi Potensial : Kec.
Sambirejo, Gondang, Sambungmacan, Ngrampal, Sidoharjo, Karang malang, Kedawung
dan Masaran
d) Budidaya
tanaman Kacang Tanah Lokasi Potensial di
kecamatan Kalijambe , Miri, Gemolong, Plupuh , Sumberlawang dan Mondokan .
e) Budidaya
tanaman Jagung Lokasi Potensial di kecamatan
Sumberlawang, Gesi, Sambirejo, Tangen, Jenar, Sukodono, Sambungmacan, dan
Kalinjambe.
f) Budidaya
tanaman Lombok/ Cabe Lokasi Potensial di
kecamatan Kalijambe, Sragen, Sukodono, Gemolong, Ngrampal, Gondang, Sidoharjo,
Kedawung dan Jenar.
g) Budidaya
White Melon Lokasi Potensial di desa Gawan dan Jono
kecamatan Tanon , dan di desa Patihan kecamatan Sidoharjo.
h) Budidaya
tanaman Semangka Lokasi Potensial : Kec. Tanon,
Gesi, Kr.malang, Kedawung, Sidoharjo, Masaran.
i)
Budidaya tanaman Jeruk
Besar Lokasi Potensial : Kec. Kalijambe,
Plupuh, Sb. Lawang, Tanon, Sidoharjo, Sambirejo, Kedawung, Masaran.
j)
Budidaya tanaman Sentra
produksi untuk Cabe rawit dikembangkan di : Kec. Jenar, Tangen Gesi, Mondokan,
Sukodono, Sumberlawang
k) Budidaya
tanaman Cabe Besar dikembangkan di : Kec. Tanon,
Kedawung, Sambirejo, Karang Malang, Sidoharjo, Masaran, Sambungmacan
l)
Budidaya tanaman Garut Sentra
produksi : Kec. Gesi , Tangen ,Sukodono dan Jenar. Lokasi Potensial : Kec.
Gesi, Tangen, Jenar, Mondokan,Tanon, Sukodono,Sumber
Di
wilayah eks Karesidenan Surakarta, Kabupaten Sragen merupakan daerah penghasil
gabah/beras terbesar. Selama lima tahun terakhir selalu mengalami surplus
rata-rata 205 ribu ton beras pertahun. Tidak heran kalau Sragen juga dikenal
sebagai salah satu Lumbung Padi Jawa Tengah. Tanaman padi masih merupakan
komoditas utama yang dibudidayakan oleh petani yang mempunyai karakteristik
tanam dan panen secara serempak pada areal yang cukup luas. Potensi sumber daya
alamnya cukup untuk melangsungkan hidup ekosistem. Kawasan pertanian di
Kabupaten Sragen mempunyai prospek yang baik, khususnya pertanian lahan basah. Kondisi
tersebut, karena didukung oleh adanya saluran irigasi teknis dari waduk Gajah
Mungkur Wonogiri serta adanya 7 waduk di wilayah Kabupaten Sragen antara lain :
Gebyar, Blimbing, Kembangan, Botok, Brambang, Gembong dan Ketro. Disamping
Waduk juga didukung adanya Embung yang tersebar di 13 Kecamatan di 23 lokasi.
Penerapan
fungsi sosial hak atas tanah oleh masyarakat di
Kabupaten Sragen sebagian besar sudah diterapkan seperti penggunaan
lahan tanah milik masyarakat digunakan untuk penyaluran irigasi, selain itu
sebagian lahan tanah milik masyarakat juga digunakan untuk pelebaran jalan dan
pelebaran sungai untuk kepentingan bersama. Dalam penggarapan sawah para petani
juga membutuhkan tenaga dari masyarakat lainnya, misalnya mulai dari pengolahan
tanah yang akan ditanami padi sampai proses pemanenan padi. Di mana para petani
memperkerjakan masyarakat sekitarnya dengan memberikan imbalan. Ada juga petani
yang menyewakan lahan pertaniannya untuk di manfaatkan oleh orang lain dengan
system bagi hasil antara pemilik sawah dan penyewanya (penggarap sawah). Sehingga dalam hal ini fungsi sosial hak atas tanah
dapat bernilai ekonomis bagi kelangsungan
hidup petani dan masyarakat sekitarnya.
·
Jumlah
tenaga kerja
Di tahun 2010 jumlah tenaga kerja di bidang pertanian
penduduk usia 15 tahun keatas dikabupaten sragen sebanyak 202.835 (sumber : data
dari BPS). Jumlah ini merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan jumlah mata
pencaharian di bidang lain. Hal inilah yang menyebabkan sragen menjadi salah
satu daerah lumbung padi. Apabila sector pertanian selalu ditingkatkan dan
diperhatikan oleh pemerintah, maka tidak mustahil kesejahteraan masyarakat akan
tercapai.
·
Debit air
sungai
Air merupakan unsure yang paling penting dalam
pertanian. Dengan menggunakan air yang mencukupi, pertanian akan dapat
menghasilkan hasil panen yang banyak dan sesuain harapan. Debit air sungai di
Kabupaten Sragen berjumlah 32,861 M³/hari (sumber : data dari BPN). Akan tetapi
penyebaran air di Kabupaten Sragen belum lah merata. Misalnya dikecamatan Gemolong,
masyarakat menggunakan sumur-sumur bor untuk mengairi sawah mereka. Hal ini
berbanding terbalik dengan daerah sekitar sragen kota yang mendapat aiar yang
melimpah.
·
Alat pengolahan
tanah pertanian Kabupaten Sragen
Kabupaten Sragen merupakansalah satu lumbung padi di
daerah karesidenan Surakarta. Dalam proses pertanian, alat pengolah tanah
sangat dibutuhkan petani dalam masa sebelum tanam. Proses ini dilakukan sebagai
upaya menambah kesuburan tanah. Selain itu juga agar tanah menjadi subur. Pada
tahun 2010 di Kabupaten Sragen terdapat hand traktor sebanyak 2169 buah dan
pompa air sebanyak 1957 buah. (sumber :
data dari BPN) fungsi trakto sebagai pembajak sawah telah membantu keefisienan
para petani dalam mengolah sawah. Dulu para petani menggunakan sapi atau kerbau
untuk membajak sawah, akan tetapi memerlukan waktu yang lama dan hasil yang
kurang rapi. Sekarang dengan menggunakan traktor, hasil pembajakan yang didapat
sangat rapid an bagus, serta dengan waktu pengerjaan yang singkat. Hal ini dapat
membantu petani dalam merencanakan masa tanam yang akan dilakukan.
2. Identifikasi
perilaku warga negara dalam penerapan fungsi sosial hak atastanah dan
landreform
a. Hasil wawancara
1) Di
Kecamatan Ngrampal, Sragen
Nara sumber :
Bapak Sukeman, 60 tahun.
Alamat :
Alamat
desa Murong,
Kebonromo,Ngrampal, Sragen
Menurut Bapak Sukeman di desa Murong, Ngrampal, Sragen
merupakan daerah yang sangat subur untuk tanag pertanian. Karena masih berada
diwilayah selatan dari sungai Bengawan Solo. Masih banyak tanah pertanian yang
dimanfaatkan untuk menanam padi. Sehingga fungsi sosialnya dapat berjalan
dengan baik.
Kondisi tanah yang subur ini membuat masih banyak
petani yang menanami padi, karena harga
jualnya masih tinggi. Bapak Sukeman saat ini menggarap tanah milik orang lain
dengan perjanjian bagi hasil. Bapak Sukeman hanya memanfaatkan tanah tersebut
dengan menanai padi. Hasil yang didapat rata-rata 35 karung dengan luas tanah
3000 m2. Tetapi dengan hasil tersebut masih dibagi antara pemilik dan penggarap
tanah. Kendala-kendala yang dihadapai dalam mengerjakan sawah tersebut antara
lain akhir-akahir ini cuaca tidak menentu sehingga kadang-kadang hanya dua kali
panen dalam setahun, harga padi yang turun disaat musim panen, masih banyaknya hama padi (wereng, keong,tikus,dll) yang
menyerang tanaman padi.
Di desa Murong panggarapan sawah sudah dilakukan dengan menggunakan
traktor. Pemerintah sebenarnya sudah memberi bantuan dengan adanya pupuk
bersubsidi tetapi harganya dimayarakat masih sama saja. Bahkan tidak ada
perbedaan dengan penduduk yang kurang mampu. Tetapi dilain pihak pemerintah
kabupaten telah memberikan penyuluhan tentang pertanian melalui kelompok tani
yang diadakan di desa-desa. Pemuda setempat kebanyakan memilih untuk meratau
daripada menjadi petani. Karena pemuda sekarang tidak maumenjadi petani tetapi
lebih sukabekerja di pabrik.
2)
Kecamatan Kedawung
Nara Sumber :
Bapak Sudarno,
56 tahun
Alamat : Desa Bendungan, kecamatan
Kedawung, sragen
Menurut Bapak Sudarno tanah pertanian di daerah ini
masih sangat subur yaitu dengan dimanfaatkan dengan ditanami padi, tetapi
kadang-kadang juga terdapat petani yang menanam kacang-kacangan pada saat musim
kemarau. Sebagian besar masayarakat masih menjadi petani padi. Saat ini Bapak
Sudarno menggarap tanah pertanian miliknya sendiri. Hasil yang di peroleh
rata-rata dengan harga jual 6 juta dengan luas tanah 3500 m2 . Biasanya hasil panen ini langsung dijual
kepada para pedagang padi. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menggarap sawah
ini antara lain Sistem pengiran / irigasi yang tidak pasti, Hama yang sangat
banyak, Harga padi yang tiba-tiba turun saat musim panen.
Mengenai bantuan yang diberikan oleh pemerintah adalah bahwa Pemerintah
sudah memberi bantuan yaitu berupa pemberian bibit padi namun hanya sakali saja
di saat musim panen gagal. Pada tahun 2008, pemerintah memberikan 1 traktor
pada masyarakat setempat untuk membantu pengolahan tanah. Pemuda di daerah ini
lebih memilih merantau karena pemuda sekarang tidak mau bekerja yang terlalu
berat bahkan ke sawah saja mereka sudah tidak mau.
3) Kecamatan
Gemolong
Narasumber :
Bapak Kartono, pemilik sawah,
Alamat : Ngembat,
Padas, Gemolong, Sragen
Kondisi pertanian didaerah Ngembat ,
Padas, Gemolong, Sragen bisa dibilang tanah pertanian yang subur. Hasil
panennya cukup memuaskan. Rata-rata 3 kali panen dalam sekali, dalam 3 kali
panen tersebut hasil panen berupa padi, kacang tanah, dan jagung. Maka dari itu
tanah pertanian/ sawah disana sangat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bertani
karena hasilnya menguntungkan yaitu untuk 1 hektar tanah dapat menghasilkan 7
ton gabah tiap panennya. Hasil panen para petani didaerah Ngembat, Padas,
Gemolong sudah dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat sekitar.
Dalam penerapan asas fungsi social untuk
daerah tersebut sudah dapat dikatakan terlaksana sudah baik. Semua hak atas
tanah mempunyai fungsi social, untuk tidak merugikan kepentingan umum.
Penggunaan tanah tidak bertentangan dengan hak-hak orang lain dan kepentingan
umum, kesusilaan dan keagamaan. Sebagian besar tanah persawahan dimanfaatkan
dengan baik untuk digarap sebagai area pertanian guna memenuhi pangan warga
masyarakat sekitar. Hanya saja tanah pertanian di desa Padas, Gemolong, Sragen
akhir-akhir ini mulai berkurang, karena digusur area perumahan/ permukiman
warga.
Menurut Pak Kartono para petani di
daerah Ngembat, Padas, Gemolong, Sragen, merupakan petani yang mandiri, mereka
dapat berusaha sendiri tanpa bergantung pada bantuan- bantuan yang diberikan
pemerintah. Kepercayaan para petani pada pemerintah dapat dibilang sangat
kurang, mereka sudah tidak menaruh harapan pada kinerja pemerintah untuk
rakyat/ petani miskin.Terbukti tidak sedikit para petani yang tidak bergabung
dalam kelompok tani, bagi mereka pejabat pemerintah banyak yang hanya
mementingkan kepentingannya sendiri misalnya saja dalam pendataan pemilikan
tanah para pejabat tersebut meminta biaya tambahan untuk memperlancar
prosesnya.
4) Kecamatan
Plupuh
Narasumber : Bapak
Sugito,Pemilik sawah,
Alamat : Mulyorejo,
Cangkol, Plupuh, Sragen
Kondisi pertanian didaerah Mulyorejo ,
Cangkol, Plupuh, Sragen merupakan tanah pertanian yang subur. . Hasil panennya
cukup memuaskan. Rata-rata 3 kali panen dalam sekali, dalam 3 kali panen
tersebut hasil panen berupa padi, kacang tanah, dan jagung. Maka dari itu tanah
pertanian/ sawah disana sangat dimanfaatkan oleh masyarakat karena mayoritas
masyarakatnya bekerja sebagai petani. Untuk itu hasil panen para petani
didaerah Mulyorejo, Cangkol, Plupuh, Sragen sudah dapat mencukupi kebutuhan
pangan masyarakat sekitar.
Dalam penerapan asas fungsi social untuk
daerah tersebut sudah dapat dikatakan terlaksana sudah baik. Semua hak atas
tanah mempunyai fungsi social, untuk tidak merugikan kepentingan umum.
Penggunaan tanah tidak bertentangan dengan hak-hak orang lain dan kepentingan umum,
kesusilaan dan keagamaan. Sebagian besar tanah persawahan dimanfaatkan dengan
baik untuk digarap sebagai area pertanian guna memenuhi pangan warga masyarakat
sekitar.
Menurut Pak Sugito para petani di daerah
Mulyorejo, Cangkol, Plupuh, Sragen, Cara pengelolaan sawahnya sebagian
dikerjakan sendiri dan sebagian memperkejakan orang dengan upah Rp 35.000,00
untuk orang laki-laki sedangkan Rp 20.000,00 untuk perempuan. Akan tetapi dalam
penanamannya juga mengalami berbagai kendala salah satunya tanaman banyak
terserang hama seperti wereng, dan banyaknya tanaman yang mengganggu seperti
rumput. Perairannya mengandalkan irigasi dan tanah pertanian didaerah
Mulyorejo, Cangkol ,Plupuh ,Sragen merupakan tanah tadah hujan dan dalam
penanamannya menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia seperti Urea, Phonska,
ZA dan sebagainya. Pak Sugito mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
berprofesi sebagai petani.
Para petani di di daerah Mulyorejo,
Cangkol, Plupuh, Sragen, dapat dikatakan
petani yang mandiri, mereka dapat berusaha untuk mengelola sawahnya sendiri
akan tetapi juga terdapat berupa bantuan dari pemerintah misalnya ada subsidi
pupuk dari pemerintah dan berupa bantuan bibit padi bagi petani yang mengalami
gagal panen. Oleh karena itu meskipun petani mengalami gagal panen melalui
bantuan tersebut tidak mengalami kerugian sepenuhnya. Namun, Petani pun tidak
saja atau tergantung dengan pemerintah. Dan para petani juga tergabung dalam
Kelompok Tani. Dan dari kelompok tani itu petani juga mendapatkan sedikit
sosialisasi tentang penanaman dan sosialisasi tentang pemupukan.
5) Kecamatan
Masaran
Narasumber :
Bu
Parti ,
Alamat : Desa
Sidodadi, Kecamatan Masaran, Sragen
Tanah yang digarap bukan miliknya
sendiri akan tetapi mengerjakan sawah milik orang lain dengan membayar satu
tahun 3,5 juta. Luas sawah yang dikerjakan 700 m² . Cara penggarapannya yaitu
dengan dikerjakan sendiri dan dengan memperkejakan orang lain dengan upah Rp
35.000,00. Dalam menanam padi biasanya memperkejakan 10 orang dalam setengah
hari. Hasil dari penanaman tersebut dapat mencukupi kebutuhan (dalam arti bisa
balik modal). Jika pada waktu musim kemarau ditanami dengan jagung dan kacang.
Tidak ada bantuan apapun dari pemerintah untuk meningkatkan pertanian. Kendala
para petani yaitu tanaman banyak diserang hama misalnya wereng dan sebagainya.
Tidak ada anggota keluarga yang berprofesi sebagai petani. Penggunaan pupuk
menggunakan pupuk kandang dan pupuk organic seperti Urea, ZA, Phonska dan
sebagainya. Terdapat
kelompok petani, dan tidak ada KUD (Koperasi Unit Desa) sudah dihapuskan.
6) Kalijambe
Narasumber : Pak
Kusmoyo
Alamat :
Desa Banaran, Kecamatan Kalijambe, Sragen
Pak kusmoyo mempunyai sawah
sebanyak 3 petak yang kira-kira besarnya 2500m². Dalam penggarapannya, pak kusmoyo
memberdayakan para buruh disekitar rumahnya untuk menggarap tanah pertaniannya.
Dalam sehari, buruhnya diberi upah sebesar 35 ribu beserta makan 2 kali.
Kendala yang dihadapi adalah masalah hama wereng dan juga keong mas yang
merajalela. Selain itu, terkadang pupuk yang didistribusikan kedesa banaran
tidak mencukupi untuk semua patani di daerah itu. Sehingga setiap orang dijatah
untuk mengambil beberapa kantong pupuk saja.
Dalam hal landeform, pak
kuswoyo memiliki surat kepemilikan tanah yang ditandai dengan sertifikat tanah
dan kartu pembayaran pajak. Menurutnya, hampir semua warga desa banaran
memiliki surat tanah sebagaimana mestinya. Upaya pemerintah yang dilakukan
untuk mendukung pertanian disana antara lain dengan suatu penyuluhan di kantor
kepala desa yang melibatkan semua anggota kelompok tani. Menurut pemaparan pak
kusmoyo, petugas yang yang datang selain memberikan penyuluhan juga memberikan
solusi untuk masalah yang dihadapi oleh para petani. Pasalnya pelaksanan
penyuluhan ini dilakukan setiap habis panen. Selain itu, pemerintah juga
memberikan potongan harga pupuk. Akan tetapi potongan harga pupuk hanya
diberikan pada anggota kelompok tani saja. Pak Kusmoyo menggarap tanahnya
dengan menggunakan traktor yang dipunyai sendiri. Menurutnya, untuk pekerjaan
“selupit” sawah dihargai 55 ribu.
- Kesimpulan Wawancara
Bedasarkan hasil wawancara
dengan para petani di beberapa Kecamatan di Kabupaten Sragen dapat di simpulkan
bahwa kebanyakan masyarakat Kabupaten Sragen masih memilih untuk menanam padi.
Hasil produksi padi masih mengungguli dibandingkan dengan hasil pertanian
lainnya. Kendala yang di hadapi petani dalam penggarapan sawah antara lain
banyaknya hama padi (tikus, keong, wereng, dan lain-lain), irigasi yang tidak
tentu, harga padi yang turun di saat musim panen. Mengenai bantuan dari
pemerintah antara lain pemerintah memberikan bantuan berupa bibit kepada petani
di saat petani gagal panen dan memberikan pupuk bersubsidi tetapi pupuk ini
hanya di berikan kepada anggota KUD saja, selain itu pemerintah juga memberikan
penyuluhan pada para petani lewat kelompok tani di desa-desa.
Cara yang digunakan untuk
pengolahan tanah juga sudah menggunakan teknologi yang maju, yaitu sudah
menggunakan traktor. Akan tetapi, pemuda di daerah sragen enggan untuk
berprofesi sebagai petani. Sebagian ada yang merantau dan juga bekerja di
pabrik. Menurut responden yang kami temui, mereka malas dan gengsi untuk pergi
kesawah dan menggarap sawah. Kesadaran masyarakat untuk ikut dalam suatu
kelompok tani masih rendah, pasalnya banyak masrakat yang enggan ikut menjadi
anggotanya. Padahal, pemerintah telah memberikan subsidi pada masyarakat yang
terdaftar dalam suatu kelompok tani. Motivasi masyarakat Sragen untuk
menghasilkan padi sangatlah besar. Hal ini terbukti dengan banyaknya
sumur-sumur bor di area persawahan. Ini di dimaksudkan untuk mengairi sawah
yang pada musim kemarau tidak mendapatkan air.
3. Faktor-faktor
yang berpengaruh dalam menguatkan kehidupan agraris?
- Sebagian petani sudah bersifat komersil (mencari keuntungan) , sudah sedikit demi sedikit meninggalkan sifat subsinten (suatu sistem petani dimana tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan untuk petani dan keluarganya saja). Akibatnya bertani merupakan mata pencaharian utama sebagian besar penduduk, sudah bisa meningkatkan pendapatan petani dari masa ke masa. Kehidupan para petani sudah terjamin dengan penjualan hasil pertaniannya. Hal ini lah yang menyebabkan petani memiliki kesadaran untuk mengelola tanah sebaik mungkin.
- Semakin luasnya lahan pertanian dan lahan pertanian yang subur. sebagian pertanahan diderah Sragen sebelah selatan memiliki tanah yang lebih subur, dibanding dengan Sragen Utara.
- Perlunya inovasi teknologi pertanian dalam pemantapan ketahanan pangan nasional. Inovasi teknologi pertanian berperan dalam meningkatkan produktivitas pangan, diversifikasi jenis dan kualitas pangan, penciptaan nilai tambah, kesempatan kerja, dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Dengan teknologi tepat guna efisiensi produksi dapat ditingkatkan sehingga meningkatkan daya saing produk pangan di dalam negeri dan di pasar internasional. Peran inovasi teknologi pertanian terkait dengan upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan hasil perikanan sebagai sumber bahan pangan. Secara teoritis, penerapan inovasi teknologi budidaya seperti penggunaan bibit unggul, pengelolaan sumberdaya lahan yang baik, pemupukan yang tepat, dsb. akan dapat meningkatkan hasil produksi dan pendapatan usahatani.
- Cara Pemupukan yang tepat. Hasil penelitian Puslibangtanak (2008) menunjukkan bahwa penerapan teknologi pemupukan melalui pengayaan P-alam 1 ton/ha + 2 ton pupuk kandang pada tanah Oxitols dan Ultisols dapat meningkatkan produksi jagung antara 30 – 90 persen; peningkatan pendapatan usahatani sebesar 90 – 170 persen dengan tingkat R/C rasio yang lebih tinggi.Penerapan teknologi penggunaan pupuk organik dengan tidak menggunakan bahan kimia sintesis tetapi dengan menggunakan pupuk kandang dan hijauan titonia dengan kombinasi masing-masing 20 kg + 30 kg/bedeng dengan ukuran 1 x 8 meter pada tanaman sayuran akan diperoleh berbagai keuntungan. Diantara berbagai keuntungan tersebut adalah (1) meningkatkan dan menjaga produktivitas pertanian jangka panjang serta memelihara sumberdaya alam dan lingkungan; (2) meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari pertanian; (3) menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani; (4) menghasilkan sayuran yang sehat dan bergizi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat; dan (5) meningkatkan pendapatan petani (Puslitbangtanak, 2008).
- Bangunan untuk menyimpan hasil pertanian. Produk hasil pertanian tentunya memerlukanfasilitas penyimpanan sebelum diproses atau sebelum dipasarkan. Tujuan penyimpanan secara fisik adalah untuk mempertahankan mutu dan mencegah kerusakan produk. Penyimpanan diperlukan karena berkaitan dengan tujuan pemasaran, yaitu menunggu hingga harga pasar baik untuk menjual hasil pertanian.Jenis-jenis bangunan penyimpanan hasil pertanian:
* Rumah pengepakan
* Bangunan penyimpanan hasil pertanian
dalam karung (gudang)
* Bangunan penyimpanan hasil pertanian
dalam bentuk curah (silo)
* Bangunan penyimpanan kayu
- Bangunan untuk penyimpanan bahan, alat, mesin pertanian. Jenis bangunan ini sangat penting dalam usaha tani skala besar dan komersial. Kondisi yang harus dipenuh dalam konstruksi bangunan pertanian jenis ini adalah faktor keselamatan dan kesehatan kerja, mengingat bahwa bangunan ini berguna untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan budidaya pertanian seperti benih, bahan-bahan kimia seperti pupuk, pestisida, dan bahan bakar serta alat dan mesin pertanian seperti traktor. Sebaiknya bangunan ini dilengkapi dengan fasilitas keselamatan seperti pemadam kebakaran serta pintu darurat. Konstruksi bangunan juga sebaiknya tahan api dan tidak mudah runtuh dalam kondisi apapun. Kebutuhan fasilitas lainnya disesuaikan, misalnya untuk bangunan penyimpanan traktor dan implemennya, diperlukan pintu yang besar.
- Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan keluarga petani dan organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal dan sarana produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis dan mengembangkan kemitraan dengan sektor swasta. Program ini melakukan penguatan seluruh instrumen yang terlibat dalam pembangunan pertanian, yakni penyuluh, peneliti, dan petani.Program ini adalah bagian dari usaha pemerintah untuk merevitalisasi sektor pertanian, melalui pemberdayaan petani agar meningkat aksesnya terhadap informasi (teknologi, pasar, jaringan usaha), meningkat pengetahuannya, dan pendapatannya semakin layak.
- Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan
Secara garis besar
ditujukan untuk: (a) meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian
nasional, (b) menciptakan lapangan kerja berkualitas di pedesaan, khususnya
lapangan kerja non-pertanian, yang ditandai dengan berkurangnya angka
pengangguran terbuka dan setengah terbuka, dan (c) meningkatkan kesejahteraan
petani, nelayan dan masyarakat pedesaan, yang dicerminkan dari peningkatan
pendapatan dan produktivitas pekerja di sektor pertanian
4. Beberapa
peran pemerintah dalam menerapkan fungsi social hak atas tanah dan landreform
untuk penguatan kehidupan agraris kabupaten sragen adalah :
a.
Penggalakan padi organik.
Melalui pengembangan padi organic diharapkan para petani di Kabupaten
Sragen terbuka wawasannya untuk menanamdan mengembangkan produk-produk
pertanian yang lebih memiliki nilai jual tinggi.
b.
Pemerintah kabupaten mulai mempromosikan
pola pertanian terpadu untuk meningkatkan perekonomian penduduk. Caranya,
dengan memadukan keterkaitan sektor pertanian pangan dan peternakan. Keterkaitan yang dimaksud adalah penyediaan pupuk organik dari kotoran
ternak sebagai pengganti pestisida. Banyaknya padi akan juga berarti banyaknya
jerami yang bisa digunakan sebagai pakan ternak untuk meningkatkan produksi
ternak. Kotoran hewan dijadikan pupuk tanaman padi, sedang jerami untuk pakan
ternak.
c.
Pemerintah telah memperbaiki sejumlah sarana dan
prasarana seperti jalan dan jembatan juga dipersiapkan untuk menarik investor
mengembangkan usaha di sini. Jaringan transportasi, jalan utama, dan rel kereta
api jalur utara dan selatan, yang melintasi Kabupaten Sragen, menjadikan akses
daerah ini ke kota-kota besar di Jawa menjadi mudah. Kemudahan lainnya adalah
akses ke Bandar Udara Adi Sumarmo (Solo) yang dapat ditempuh dalam satu jam dan
ke Pelabuhan Laut Tanjung Emas (Semarang), untuk arus barang ekspor-impor yang
terjadi setiap hari, bisa dicapai dalam waktu sekitar tiga jam.
d.
Pemerintah Kabupaten Sragen
akan menyelenggarakan kegiatan KTNA EXPO 2010 pada tanggal, 26 s/d
27 Juni 2010. Kegiatan tersebut
dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Gondang dengan pembagian tempat, di Kantor
BPP Kecamatan Gondang untuk kegiatan perlombaan, Gedung IPHI Kecamatan Gondang
untuk acara Temu Wicara, dan di Lapangan Sepak Bola Kecamatan Gondang untuk Pameran
dan Hiburan Rakyat. Kegiatan expo ini
secara garis besar bertujuan untuk mengidentifikasi usaha pertanian, perikanan,
peternakan dan kehutanan yang diusahakan oleh Petani dan Peternak di Kabupaten
Sragen pada umumnya, baik keunggulan, kelemahan, maupun potensi yang bisa
digali dari sektor tersebut. Selain itu para petani dan peternak juga harus
diberi pengetahuan dan motivasi untuk terus berinovasi tentang budidaya
pertanian dan peternakan yang lebih baik dan menjanjikan. Dari kegiatan ini sasaran yang akan dicapai adalah : Pengetahuan petani
dan peternak di bidang pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan
kehutanan lebih meningkat; Petani dan peternak termotivasi untuk mengembangkan
usahanya; Pendapatan petani dan peternak meningkat; Memperoleh data dan bukti
tentang usaha di bidang pertanian dan peternakan, keunggulan dan kelemahan
serta potensi yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Sragen; Lahirnya mitra
petani dan peternak yang akan membantu atau bekerjasama di bidang pertanian dan
peternakan; Petani dan peternak mempeeroleh solusi dari permasalahan dan
hambatan yang mengganggu usahanya; Terjadinya hubungan yang serasi antara
petani, peternak dan para mitra atau Stake Holder di bidang pertanian dan
peternakan di wilayah Kabupaten Sragen.
e.
Pemberian bantuan pupuk pada
masyarakat berupa potongan harga.
f.
Pengupayaan Pengelolaan Pupuk
Organik Berbasis Sampah Pasar.
g.
Sosialisasi Pupuk Bokashi di
Desa Klandungan Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen. Dengan adanya metode
dan teknik penyuluhan sosialisasi pupuk bokasi dapat dilaksanakan dengan baik
di Desa Klandungan, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. Diharapkan dengan
adanya sosialisasi pupuk bokasi di lahan ini, petani dapat menerapkan penggunaan Pupuk Bokasi setelah
tahu tentang manfaat, keuntungan cara-cara pembuatan dll, petani dapat menambah
dan meningkatkan pengetahuan tentang pupuk bokasi, dan petani mempunyai
kemampuan dalam pembuatan dan penggunaan pupuk bokasi. Mengingat betapa
mahalnya harga pupuk anorganik saat ini. Dengan pemakaian pupuk buatan yang
harganya selalu merangkak naik terus-menerus, sedangkan nilai jual hasil
pertanian yang tidak begitu menggembirakan maka alternatif pemakaian Pupuk
Bokasi ini akan sedikit mengurangi biaya produksi usahatani.
5. Analisis
partisipasi warga negara dalam menerapkan Fungsi Sosial Hak Atas Tanah dan
Landeform Untuk Penguatan Kehidupan Agraris di Kabupaten Sragen
Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi lapangan yang telah kami lakukan di daerah
kabupaten Sragen khusus wilayah Kecamatan Ngrampal,
Kedawung, Gemolong, Plupuh, Masaran dan Kalijambe
dapat diketahui bahwa partisipasi warga
negara khususnya bagi pemilik tanah sangat pengupayakan hak kegunaan atas tanah
yang dimikinya untuk dapat berfungsi sebagai penghasilan yang bernilai
ekonomis, jadi tidak ada tanah yang tidak di perdayagunakan yang di miliki oleh
pemilik tanah tersebut. Upaya pemerintah Kabupaten Sragen dalam mengupayakan
fungsi sosial hak atas tanah sudah di lakukan, di mana pemerintah dalam
memberikan bantuan dan penyuluhan untuk mengolah tanah khususnya pertanian
harus di lakukan secara terorganisasi yaitu melalui kelompok-kelompok usaha
tani yang didirikan dan di kembangkan oleh anggotanya sendiri. Tetapi bagi
petani yang lebih memilih mengusahakan fungsi sosial hak atas tanah yang di milikinya
dengan cara individual atau tidak terorganisasi, pemerinyah tidak menjamin jika
terjadinya kerugian yang di akibatkan dari pendayagunaan fungsi sosial hak atas
tanah khususnya di bidang pertanian yang terjadi di wilayah tersebut. Berkaitan dengan landreform,
semua petani yang telah kami wawancarai
sudah memiliki sertifikat sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah serta membyar pajak tiap tahunnya.
Sedangkan untuk petani yang hanya
menggarap sawah, sertifikat tanah serta pembayaran pajak berada pada si pemilik
tanah, dan penggarap hanya bertugas menggarap tanah.
0 komentar:
Posting Komentar