Pages

Kamis, 22 Maret 2012

PENARAPAN FUNGSI SOSIAL HAK ATAS TANAH DAN LANDREFORM UNTUK PENGUATAN KEHIDUPAN AGRARIS DI KABUPATEN SRAGEN


1.      Deskripsi kehidupan agraris dalam penerapan fungsi sosial hak atas tanah dan Landerform (terkait data – data kondisi tanah pertanian, jumlah tenaga kerja di bidang pertanian dll)
Berdasarkan data yang kami terima dari BPN, kabupaten Sragen mempunyai luas wilayah 941,55 Km­­­­­­­². luas tanah yang dijadikan persawahan seluas 40.127,45 Ha² dan lahan yang diperuntukan atau digunakan sebagai lahan bukan sawah seluas 54.027,55 Ha². Lahan sawah terdiri dari irigasi teknik, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, tadah hujan, dll. Sedangkan lahan yang bukan sawah terdiri dari pekarangan/bangunan,tegal/huma, Padang, kolam, hutan Negara, dll. Pada tahun 2010, dengan luas panen sebesar 95,876 Ha memproduksi padi sebanyak 543,381 ton. (sumber : Badan Pertanahan Nasional).
Mata pencaharian penduduk  di kabupaten Sragen sebagian besar adalah sebagai petani, sehingga sektor yang paling menonjol di Kabupaten Sragen adalah sektor pertanian, jika dibandingkan dengan sektor – sektor yang lain seperti sektor pertambangan, industri, dan sebagainya. Wilayah pertanian di Kabupaten Sragen terbagi menjadi dua wilayah oleh Sungai Bengawan Solo, yakni wilayah sebelah utara Bengawan Solo yang terdiri dari 11 Kecamatan dan wilayah sebelah Selatan Bengawan Solo yang terdiri dari 9 Kecamatan. Untuk wilayah pertanian selatan Bengawan Solo, struktur dan kondisi tanahnya sangat subur karena wilayahnya berada di bantaran sungai Bengawan Solo, misalnya kecamatan Masaran, Sidoharjo, Kedawung dan sebagainya.
Para petani yang berada di wilayah selatan Bengawan Solo mengusahakan pertaniannya dengan pola tanam “padi – padi – padi dan padi – padi – polowijo”. Maksud dari pola tanam tersebut yakni dalam kurun waktu dua tahun dimana  pada tahun pertama yang musim penghujan jangka waktunya lebih lama daripada musim kemarau para petani dalam mengusahakan lahannya untuk menanam padi terus dalam kurun waktu satu tahun dengan masa panen tiga kali, karena curah hujan yang tinggi sangat baik untuk menanam padi. Sehingga dalam musim ini tingkat produksi padi di Kabupaten Sragen mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sedangkan pada tahun berikutnya dimana musim kemarau jangka waktunya lebih lama daripada musim penghujan para petani mengusahakan lahannya dengan menanam padi untuk dua kali masa panen (pada masa pancaroba) dan untuk masa panen terakhir ditanami tanaman palawija. Karena pada musim ini curah hujannya berkurang, sehingga tidak memungkinkan dalam kurun waktu satu tahun ini ditanami padi terus oleh karena itu penanamannya diselingi dengan tananam palawija.
Sedangkan untuk wilayah pertanian yang berada utara Bengawan Solo, struktur dan kondisi tanahnya kurang subur karena sebagian besar tanannya berupa tanah kapur atau tanah tandus. Para petani yang tinggal disebelah utara Bengawan Solo mengusahakan lahan pertaniannya dengan menggunakan pola tanamnya “padi – padi – polowijo dan padi – polowijo – Bero”. Maksud dari pola tanam tersebut yakni dalam kurun waktu dua tahun dimana pada tahun pertama yang musim penghujan jangka waktunya lebih lama daripada musim kemarau, para petani dalam mengusahakan lahannya untuk menanam padi dengan masa panen dua kali dan dalam masa panen terakhir ditanami tananam palawija karena dalam hal ini meskipun memasuki musim penghujan yang semestinya dapat ditanami padi terus tetapi untuk wilayah utara Bengawan Solo masa panen terakhir yang merupakan peralihan dari musim penghujan menuju musim kemarau dimana curah hujan pada masa ini tidak tentu, lebih memilih untuk ditanami tanaman palawija karena kondisi tanahnya yang kurang subur.
Sedangkan pada tahun berikutnya dimana musim kemarau jangka waktunya lebih lama daripada musim penghujan para petani di wilayah utara Bengawan Solo dalam mengusahakan lahannya hanya dapat ditanami padi untuk satu kali masa panen saja, karena curah hujannya sedikit, kemudian pada masa panen kedua di Tanami palawija dan masa panen terakhir tidak dapat ditanami karena tidak ada air. Kawasan pertanian lahan basah di kecamatan Masaran , Sidoharjo, Sragen, Karangmalang, Kedawung, Sambirejo , Gondang , Sambungmacan, Ngrampal dan sebagian Kecamatan Plupuh.
a)      Kawasan lahan pertanian kering di Kecamatan Kalijambe, Gemolong, Miri , Sumberlawang, Tanon, Mondokan, Sukodono, Gesi., Tangen, Jenar dan sebagian wilayah kecamatan Plupuh.
b)      Budidaya tanaman padi Lokasi Potensial : Kec. Sragen, Sambirejo, Gondang, Sambungmacan, Ngrampal, Sidoharjo, Karangmalang, Kedawung , Plupuh, Masaran, Tanon
c)      Budidaya tanaman padi Organik Lokasi Potensial : Kec. Sambirejo, Gondang, Sambungmacan, Ngrampal, Sidoharjo, Karang malang, Kedawung dan Masaran
d)     Budidaya tanaman Kacang Tanah Lokasi Potensial di kecamatan Kalijambe , Miri, Gemolong, Plupuh , Sumberlawang dan Mondokan .
e)      Budidaya tanaman Jagung Lokasi Potensial di kecamatan Sumberlawang, Gesi, Sambirejo, Tangen, Jenar, Sukodono, Sambungmacan, dan Kalinjambe.
f)       Budidaya tanaman Lombok/ Cabe Lokasi Potensial di kecamatan Kalijambe, Sragen, Sukodono, Gemolong, Ngrampal, Gondang, Sidoharjo, Kedawung dan Jenar.
g)      Budidaya White Melon Lokasi Potensial di desa Gawan dan Jono kecamatan Tanon , dan di desa Patihan kecamatan Sidoharjo.
h)      Budidaya tanaman Semangka Lokasi Potensial : Kec. Tanon, Gesi, Kr.malang, Kedawung, Sidoharjo, Masaran.
i)        Budidaya tanaman Jeruk Besar Lokasi Potensial : Kec. Kalijambe, Plupuh, Sb. Lawang, Tanon, Sidoharjo, Sambirejo, Kedawung, Masaran.
j)        Budidaya tanaman Sentra produksi untuk Cabe rawit dikembangkan di : Kec. Jenar, Tangen Gesi, Mondokan, Sukodono, Sumberlawang
k)      Budidaya tanaman Cabe Besar dikembangkan di : Kec. Tanon, Kedawung, Sambirejo, Karang Malang, Sidoharjo, Masaran, Sambungmacan
l)        Budidaya tanaman Garut Sentra produksi : Kec. Gesi , Tangen ,Sukodono dan Jenar. Lokasi Potensial : Kec. Gesi, Tangen, Jenar, Mondokan,Tanon, Sukodono,Sumber
Di wilayah eks Karesidenan Surakarta, Kabupaten Sragen merupakan daerah penghasil gabah/beras terbesar. Selama lima tahun terakhir selalu mengalami surplus rata-rata 205 ribu ton beras pertahun. Tidak heran kalau Sragen juga dikenal sebagai salah satu Lumbung Padi Jawa Tengah. Tanaman padi masih merupakan komoditas utama yang dibudidayakan oleh petani yang mempunyai karakteristik tanam dan panen secara serempak pada areal yang cukup luas. Potensi sumber daya alamnya cukup untuk melangsungkan hidup ekosistem. Kawasan pertanian di Kabupaten Sragen mempunyai prospek yang baik, khususnya pertanian lahan basah. Kondisi tersebut, karena didukung oleh adanya saluran irigasi teknis dari waduk Gajah Mungkur Wonogiri serta adanya 7 waduk di wilayah Kabupaten Sragen antara lain : Gebyar, Blimbing, Kembangan, Botok, Brambang, Gembong dan Ketro. Disamping Waduk juga didukung adanya Embung yang tersebar di 13 Kecamatan di 23 lokasi.
Penerapan fungsi sosial hak atas tanah oleh masyarakat di  Kabupaten Sragen sebagian besar sudah diterapkan seperti penggunaan lahan tanah milik masyarakat digunakan untuk penyaluran irigasi, selain itu sebagian lahan tanah milik masyarakat juga digunakan untuk pelebaran jalan dan pelebaran sungai untuk kepentingan bersama. Dalam penggarapan sawah para petani juga membutuhkan tenaga dari masyarakat lainnya, misalnya mulai dari pengolahan tanah yang akan ditanami padi sampai proses pemanenan padi. Di mana para petani memperkerjakan masyarakat sekitarnya dengan memberikan imbalan. Ada juga petani yang menyewakan lahan pertaniannya untuk di manfaatkan oleh orang lain dengan system bagi hasil antara pemilik sawah dan penyewanya (penggarap sawah).  Sehingga dalam hal ini fungsi sosial hak atas tanah dapat bernilai ekonomis bagi kelangsungan hidup petani dan masyarakat sekitarnya.


·         Jumlah tenaga kerja
Di tahun 2010 jumlah tenaga kerja di bidang pertanian penduduk usia 15 tahun keatas dikabupaten sragen sebanyak 202.835 (sumber : data dari BPS). Jumlah ini merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan jumlah mata pencaharian di bidang lain. Hal inilah yang menyebabkan sragen menjadi salah satu daerah lumbung padi. Apabila sector pertanian selalu ditingkatkan dan diperhatikan oleh pemerintah, maka tidak mustahil kesejahteraan masyarakat akan tercapai.
·         Debit air sungai
Air merupakan unsure yang paling penting dalam pertanian. Dengan menggunakan air yang mencukupi, pertanian akan dapat menghasilkan hasil panen yang banyak dan sesuain harapan. Debit air sungai di Kabupaten Sragen berjumlah 32,861 M³/hari (sumber : data dari BPN). Akan tetapi penyebaran air di Kabupaten Sragen belum lah merata. Misalnya dikecamatan Gemolong, masyarakat menggunakan sumur-sumur bor untuk mengairi sawah mereka. Hal ini berbanding terbalik dengan daerah sekitar sragen kota yang mendapat aiar yang melimpah.
·         Alat pengolahan tanah pertanian Kabupaten Sragen
Kabupaten Sragen merupakansalah satu lumbung padi di daerah karesidenan Surakarta. Dalam proses pertanian, alat pengolah tanah sangat dibutuhkan petani dalam masa sebelum tanam. Proses ini dilakukan sebagai upaya menambah kesuburan tanah. Selain itu juga agar tanah menjadi subur. Pada tahun 2010 di Kabupaten Sragen terdapat hand traktor sebanyak 2169 buah dan pompa air sebanyak 1957 buah.  (sumber : data dari BPN) fungsi trakto sebagai pembajak sawah telah membantu keefisienan para petani dalam mengolah sawah. Dulu para petani menggunakan sapi atau kerbau untuk membajak sawah, akan tetapi memerlukan waktu yang lama dan hasil yang kurang rapi. Sekarang dengan menggunakan traktor, hasil pembajakan yang didapat sangat rapid an bagus, serta dengan waktu pengerjaan yang singkat. Hal ini dapat membantu petani dalam merencanakan masa tanam yang akan dilakukan.
2.      Identifikasi perilaku warga negara dalam penerapan fungsi sosial hak atastanah dan landreform
a.       Hasil wawancara
1)      Di Kecamatan Ngrampal, Sragen
Nara sumber          : Bapak Sukeman, 60 tahun.
Alamat                  : Alamat desa Murong, Kebonromo,Ngrampal, Sragen
Menurut Bapak Sukeman di desa Murong, Ngrampal, Sragen merupakan daerah yang sangat subur untuk tanag pertanian. Karena masih berada diwilayah selatan dari sungai Bengawan Solo. Masih banyak tanah pertanian yang dimanfaatkan untuk menanam padi. Sehingga fungsi sosialnya dapat berjalan dengan baik.
Kondisi tanah yang subur ini membuat masih banyak petani  yang menanami padi, karena harga jualnya masih tinggi. Bapak Sukeman saat ini menggarap tanah milik orang lain dengan perjanjian bagi hasil. Bapak Sukeman hanya memanfaatkan tanah tersebut dengan menanai padi. Hasil yang didapat rata-rata 35 karung dengan luas tanah 3000 m2. Tetapi dengan hasil tersebut masih dibagi antara pemilik dan penggarap tanah. Kendala-kendala yang dihadapai dalam mengerjakan sawah tersebut antara lain akhir-akahir ini cuaca tidak menentu sehingga kadang-kadang hanya dua kali panen dalam setahun, harga padi yang turun disaat musim panen, masih banyaknya  hama padi (wereng, keong,tikus,dll) yang menyerang  tanaman padi.
Di desa Murong panggarapan sawah sudah dilakukan dengan menggunakan traktor. Pemerintah sebenarnya sudah memberi bantuan dengan adanya pupuk bersubsidi tetapi harganya dimayarakat masih sama saja. Bahkan tidak ada perbedaan dengan penduduk yang kurang mampu. Tetapi dilain pihak pemerintah kabupaten telah memberikan penyuluhan tentang pertanian melalui kelompok tani yang diadakan di desa-desa. Pemuda setempat kebanyakan memilih untuk meratau daripada menjadi petani. Karena pemuda sekarang tidak maumenjadi petani tetapi lebih sukabekerja di pabrik. 
2)      Kecamatan Kedawung
Nara Sumber         : Bapak  Sudarno, 56 tahun
Alamat                  : Desa Bendungan, kecamatan Kedawung, sragen
Menurut Bapak Sudarno tanah pertanian di daerah ini masih sangat subur yaitu dengan dimanfaatkan dengan ditanami padi, tetapi kadang-kadang juga terdapat petani yang menanam kacang-kacangan pada saat musim kemarau. Sebagian besar masayarakat masih menjadi petani padi. Saat ini Bapak Sudarno menggarap tanah pertanian miliknya sendiri. Hasil yang di peroleh rata-rata dengan harga jual 6 juta dengan luas tanah 3500 m2 .  Biasanya hasil panen ini langsung dijual kepada para pedagang padi. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menggarap sawah ini antara lain Sistem pengiran / irigasi yang tidak pasti, Hama yang sangat banyak, Harga padi yang tiba-tiba turun saat musim panen.
Mengenai bantuan yang diberikan oleh pemerintah adalah bahwa Pemerintah sudah memberi bantuan yaitu berupa pemberian bibit padi namun hanya sakali saja di saat musim panen gagal. Pada tahun 2008, pemerintah memberikan 1 traktor pada masyarakat setempat untuk membantu pengolahan tanah. Pemuda di daerah ini lebih memilih merantau karena pemuda sekarang tidak mau bekerja yang terlalu berat bahkan ke sawah saja mereka sudah tidak mau.
3)      Kecamatan Gemolong
Narasumber           : Bapak Kartono, pemilik sawah,
Alamat                  : Ngembat, Padas, Gemolong, Sragen
Kondisi pertanian didaerah Ngembat , Padas, Gemolong, Sragen bisa dibilang tanah pertanian yang subur. Hasil panennya cukup memuaskan. Rata-rata 3 kali panen dalam sekali, dalam 3 kali panen tersebut hasil panen berupa padi, kacang tanah, dan jagung. Maka dari itu tanah pertanian/ sawah disana sangat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bertani karena hasilnya menguntungkan yaitu untuk 1 hektar tanah dapat menghasilkan 7 ton gabah tiap panennya. Hasil panen para petani didaerah Ngembat, Padas, Gemolong sudah dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat sekitar.
Dalam penerapan asas fungsi social untuk daerah tersebut sudah dapat dikatakan terlaksana sudah baik. Semua hak atas tanah mempunyai fungsi social, untuk tidak merugikan kepentingan umum. Penggunaan tanah tidak bertentangan dengan hak-hak orang lain dan kepentingan umum, kesusilaan dan keagamaan. Sebagian besar tanah persawahan dimanfaatkan dengan baik untuk digarap sebagai area pertanian guna memenuhi pangan warga masyarakat sekitar. Hanya saja tanah pertanian di desa Padas, Gemolong, Sragen akhir-akhir ini mulai berkurang, karena digusur area perumahan/ permukiman warga.
Menurut Pak Kartono para petani di daerah Ngembat, Padas, Gemolong, Sragen, merupakan petani yang mandiri, mereka dapat berusaha sendiri tanpa bergantung pada bantuan- bantuan yang diberikan pemerintah. Kepercayaan para petani pada pemerintah dapat dibilang sangat kurang, mereka sudah tidak menaruh harapan pada kinerja pemerintah untuk rakyat/ petani miskin.Terbukti tidak sedikit para petani yang tidak bergabung dalam kelompok tani, bagi mereka pejabat pemerintah banyak yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri misalnya saja dalam pendataan pemilikan tanah para pejabat tersebut meminta biaya tambahan untuk memperlancar prosesnya.


4)      Kecamatan Plupuh
Narasumber           : Bapak Sugito,Pemilik sawah,
Alamat                  : Mulyorejo, Cangkol, Plupuh, Sragen
Kondisi pertanian didaerah Mulyorejo , Cangkol, Plupuh, Sragen merupakan tanah pertanian yang subur. . Hasil panennya cukup memuaskan. Rata-rata 3 kali panen dalam sekali, dalam 3 kali panen tersebut hasil panen berupa padi, kacang tanah, dan jagung. Maka dari itu tanah pertanian/ sawah disana sangat dimanfaatkan oleh masyarakat karena mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani. Untuk itu hasil panen para petani didaerah Mulyorejo, Cangkol, Plupuh, Sragen sudah dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat sekitar.
Dalam penerapan asas fungsi social untuk daerah tersebut sudah dapat dikatakan terlaksana sudah baik. Semua hak atas tanah mempunyai fungsi social, untuk tidak merugikan kepentingan umum. Penggunaan tanah tidak bertentangan dengan hak-hak orang lain dan kepentingan umum, kesusilaan dan keagamaan. Sebagian besar tanah persawahan dimanfaatkan dengan baik untuk digarap sebagai area pertanian guna memenuhi pangan warga masyarakat sekitar.
Menurut Pak Sugito para petani di daerah Mulyorejo, Cangkol, Plupuh, Sragen, Cara pengelolaan sawahnya sebagian dikerjakan sendiri dan sebagian memperkejakan orang dengan upah Rp 35.000,00 untuk orang laki-laki sedangkan Rp 20.000,00 untuk perempuan. Akan tetapi dalam penanamannya juga mengalami berbagai kendala salah satunya tanaman banyak terserang hama seperti wereng, dan banyaknya tanaman yang mengganggu seperti rumput. Perairannya mengandalkan irigasi dan tanah pertanian didaerah Mulyorejo, Cangkol ,Plupuh ,Sragen merupakan tanah tadah hujan dan dalam penanamannya menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia seperti Urea, Phonska, ZA dan sebagainya. Pak Sugito mengatakan tidak ada anggota keluarga yang berprofesi sebagai petani.
Para petani di di daerah Mulyorejo, Cangkol, Plupuh, Sragen,  dapat dikatakan petani yang mandiri, mereka dapat berusaha untuk mengelola sawahnya sendiri akan tetapi juga terdapat berupa bantuan dari pemerintah misalnya ada subsidi pupuk dari pemerintah dan berupa bantuan bibit padi bagi petani yang mengalami gagal panen. Oleh karena itu meskipun petani mengalami gagal panen melalui bantuan tersebut tidak mengalami kerugian sepenuhnya. Namun, Petani pun tidak saja atau tergantung dengan pemerintah. Dan para petani juga tergabung dalam Kelompok Tani. Dan dari kelompok tani itu petani juga mendapatkan sedikit sosialisasi tentang penanaman dan sosialisasi tentang pemupukan.
5)      Kecamatan Masaran
Narasumber           : Bu Parti ,
Alamat                  :  Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Sragen
Tanah yang digarap bukan miliknya sendiri akan tetapi mengerjakan sawah milik orang lain dengan membayar satu tahun 3,5 juta. Luas sawah yang dikerjakan 700 m² . Cara penggarapannya yaitu dengan dikerjakan sendiri dan dengan memperkejakan orang lain dengan upah Rp 35.000,00. Dalam menanam padi biasanya memperkejakan 10 orang dalam setengah hari. Hasil dari penanaman tersebut dapat mencukupi kebutuhan (dalam arti bisa balik modal). Jika pada waktu musim kemarau ditanami dengan jagung dan kacang. Tidak ada bantuan apapun dari pemerintah untuk meningkatkan pertanian. Kendala para petani yaitu tanaman banyak diserang hama misalnya wereng dan sebagainya. Tidak ada anggota keluarga yang berprofesi sebagai petani. Penggunaan pupuk menggunakan pupuk kandang dan pupuk organic seperti Urea, ZA, Phonska dan sebagainya. Terdapat kelompok petani, dan tidak ada KUD (Koperasi Unit Desa) sudah dihapuskan.
6)      Kalijambe
Narasumber           : Pak Kusmoyo
Alamat                  : Desa Banaran, Kecamatan Kalijambe, Sragen
Pak kusmoyo mempunyai sawah sebanyak 3 petak yang kira-kira besarnya 2500m².  Dalam penggarapannya, pak kusmoyo memberdayakan para buruh disekitar rumahnya untuk menggarap tanah pertaniannya. Dalam sehari, buruhnya diberi upah sebesar 35 ribu beserta makan 2 kali. Kendala yang dihadapi adalah masalah hama wereng dan juga keong mas yang merajalela. Selain itu, terkadang pupuk yang didistribusikan kedesa banaran tidak mencukupi untuk semua patani di daerah itu. Sehingga setiap orang dijatah untuk mengambil beberapa kantong pupuk saja.
Dalam hal landeform, pak kuswoyo memiliki surat kepemilikan tanah yang ditandai dengan sertifikat tanah dan kartu pembayaran pajak. Menurutnya, hampir semua warga desa banaran memiliki surat tanah sebagaimana mestinya. Upaya pemerintah yang dilakukan untuk mendukung pertanian disana antara lain dengan suatu penyuluhan di kantor kepala desa yang melibatkan semua anggota kelompok tani. Menurut pemaparan pak kusmoyo, petugas yang yang datang selain memberikan penyuluhan juga memberikan solusi untuk masalah yang dihadapi oleh para petani. Pasalnya pelaksanan penyuluhan ini dilakukan setiap habis panen. Selain itu, pemerintah juga memberikan potongan harga pupuk. Akan tetapi potongan harga pupuk hanya diberikan pada anggota kelompok tani saja. Pak Kusmoyo menggarap tanahnya dengan menggunakan traktor yang dipunyai sendiri. Menurutnya, untuk pekerjaan “selupit” sawah dihargai 55 ribu.



  1. Kesimpulan Wawancara

Bedasarkan hasil wawancara dengan para petani di beberapa Kecamatan di Kabupaten Sragen dapat di simpulkan bahwa kebanyakan masyarakat Kabupaten Sragen masih memilih untuk menanam padi. Hasil produksi padi masih mengungguli dibandingkan dengan hasil pertanian lainnya. Kendala yang di hadapi petani dalam penggarapan sawah antara lain banyaknya hama padi (tikus, keong, wereng, dan lain-lain), irigasi yang tidak tentu, harga padi yang turun di saat musim panen. Mengenai bantuan dari pemerintah antara lain pemerintah memberikan bantuan berupa bibit kepada petani di saat petani gagal panen dan memberikan pupuk bersubsidi tetapi pupuk ini hanya di berikan kepada anggota KUD saja, selain itu pemerintah juga memberikan penyuluhan pada para petani lewat kelompok tani di desa-desa.
Cara yang digunakan untuk pengolahan tanah juga sudah menggunakan teknologi yang maju, yaitu sudah menggunakan traktor. Akan tetapi, pemuda di daerah sragen enggan untuk berprofesi sebagai petani. Sebagian ada yang merantau dan juga bekerja di pabrik. Menurut responden yang kami temui, mereka malas dan gengsi untuk pergi kesawah dan menggarap sawah. Kesadaran masyarakat untuk ikut dalam suatu kelompok tani masih rendah, pasalnya banyak masrakat yang enggan ikut menjadi anggotanya. Padahal, pemerintah telah memberikan subsidi pada masyarakat yang terdaftar dalam suatu kelompok tani. Motivasi masyarakat Sragen untuk menghasilkan padi sangatlah besar. Hal ini terbukti dengan banyaknya sumur-sumur bor di area persawahan. Ini di dimaksudkan untuk mengairi sawah yang pada musim kemarau tidak mendapatkan air.
                 


3.      Faktor-faktor yang berpengaruh dalam menguatkan kehidupan agraris?
  1. Sebagian petani sudah bersifat komersil (mencari keuntungan) , sudah sedikit demi sedikit meninggalkan sifat subsinten (suatu sistem petani dimana tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan untuk petani dan keluarganya saja). Akibatnya bertani merupakan mata pencaharian utama sebagian besar penduduk, sudah bisa meningkatkan pendapatan petani dari masa ke masa. Kehidupan para petani sudah terjamin dengan penjualan hasil pertaniannya. Hal ini lah yang menyebabkan petani memiliki kesadaran untuk mengelola tanah sebaik mungkin.
  2. Semakin luasnya lahan pertanian dan lahan pertanian yang subur. sebagian pertanahan diderah Sragen sebelah selatan memiliki tanah yang lebih subur, dibanding dengan Sragen Utara.
  3. Perlunya inovasi teknologi pertanian dalam pemantapan ketahanan pangan nasional. Inovasi teknologi pertanian berperan dalam meningkatkan produktivitas pangan, diversifikasi jenis dan kualitas pangan, penciptaan nilai tambah, kesempatan kerja, dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Dengan teknologi tepat guna efisiensi produksi dapat ditingkatkan sehingga meningkatkan daya saing produk pangan di dalam negeri dan di pasar internasional. Peran inovasi teknologi pertanian terkait dengan upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan hasil perikanan sebagai sumber bahan pangan.  Secara teoritis,  penerapan inovasi teknologi budidaya seperti penggunaan bibit unggul, pengelolaan sumberdaya lahan yang baik, pemupukan yang tepat, dsb. akan dapat meningkatkan hasil produksi dan pendapatan usahatani.
  4. Cara Pemupukan yang tepat.  Hasil penelitian Puslibangtanak (2008) menunjukkan bahwa penerapan teknologi pemupukan melalui pengayaan P-alam 1 ton/ha + 2 ton pupuk kandang pada tanah Oxitols dan Ultisols dapat meningkatkan produksi jagung antara 30 – 90 persen; peningkatan pendapatan usahatani sebesar 90 – 170 persen dengan tingkat R/C rasio yang lebih tinggi.Penerapan teknologi penggunaan pupuk organik dengan tidak menggunakan bahan kimia sintesis tetapi dengan menggunakan pupuk kandang dan hijauan titonia dengan kombinasi masing-masing 20 kg + 30 kg/bedeng dengan ukuran 1 x 8 meter pada tanaman sayuran akan diperoleh berbagai keuntungan.  Diantara berbagai keuntungan tersebut adalah (1) meningkatkan dan menjaga produktivitas pertanian jangka panjang serta memelihara sumberdaya alam dan lingkungan; (2) meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari pertanian; (3) menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani; (4) menghasilkan sayuran yang sehat dan bergizi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat; dan (5) meningkatkan pendapatan petani (Puslitbangtanak, 2008).
  5. Bangunan untuk menyimpan hasil pertanian. Produk hasil pertanian tentunya memerlukanfasilitas penyimpanan sebelum diproses atau sebelum dipasarkan. Tujuan penyimpanan secara fisik adalah untuk mempertahankan mutu dan mencegah kerusakan produk. Penyimpanan diperlukan karena berkaitan dengan tujuan pemasaran, yaitu menunggu hingga harga pasar baik untuk menjual hasil pertanian.Jenis-jenis bangunan penyimpanan hasil pertanian:
    * Rumah pengepakan
    * Bangunan penyimpanan hasil pertanian dalam karung (gudang)
    * Bangunan penyimpanan hasil pertanian dalam bentuk curah (silo)
    * Bangunan penyimpanan kayu
  1. Bangunan untuk penyimpanan bahan, alat, mesin pertanian. Jenis bangunan ini sangat penting dalam usaha tani skala besar dan komersial. Kondisi yang harus dipenuh dalam konstruksi bangunan pertanian jenis ini adalah faktor keselamatan dan kesehatan kerja, mengingat bahwa bangunan ini berguna untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan budidaya pertanian seperti benih, bahan-bahan kimia seperti pupuk, pestisida, dan bahan bakar serta alat dan mesin pertanian seperti traktor. Sebaiknya bangunan ini dilengkapi dengan fasilitas keselamatan seperti pemadam kebakaran serta pintu darurat. Konstruksi bangunan juga sebaiknya tahan api  dan tidak mudah runtuh dalam kondisi apapun. Kebutuhan fasilitas lainnya disesuaikan, misalnya untuk bangunan penyimpanan traktor dan implemennya, diperlukan pintu yang besar.
  2. Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information  (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan keluarga petani dan organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal dan sarana produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis dan mengembangkan kemitraan dengan sektor swasta. Program ini melakukan penguatan seluruh instrumen yang terlibat dalam pembangunan pertanian, yakni penyuluh, peneliti, dan petani.Program ini adalah bagian dari usaha pemerintah untuk merevitalisasi sektor pertanian, melalui pemberdayaan petani agar meningkat aksesnya terhadap informasi (teknologi, pasar, jaringan usaha), meningkat pengetahuannya, dan pendapatannya semakin layak.
  3. Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan
Secara garis besar ditujukan untuk: (a) meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional, (b) menciptakan lapangan kerja berkualitas di pedesaan, khususnya lapangan kerja non-pertanian, yang ditandai dengan berkurangnya angka pengangguran terbuka dan setengah terbuka, dan (c) meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan masyarakat pedesaan, yang dicerminkan dari peningkatan pendapatan dan produktivitas pekerja di sektor pertanian



4.      Beberapa peran pemerintah dalam menerapkan fungsi social hak atas tanah dan landreform untuk penguatan kehidupan agraris kabupaten sragen adalah :
a.       Penggalakan padi organik.
Melalui pengembangan padi organic diharapkan para petani di Kabupaten Sragen terbuka wawasannya untuk menanamdan mengembangkan produk-produk pertanian yang lebih memiliki nilai jual tinggi.
b.      Pemerintah kabupaten mulai mempromosikan pola pertanian terpadu untuk meningkatkan perekonomian penduduk. Caranya, dengan memadukan keterkaitan sektor pertanian pangan dan peternakan. Keterkaitan yang dimaksud adalah penyediaan pupuk organik dari kotoran ternak sebagai pengganti pestisida. Banyaknya padi akan juga berarti banyaknya jerami yang bisa digunakan sebagai pakan ternak untuk meningkatkan produksi ternak. Kotoran hewan dijadikan pupuk tanaman padi, sedang jerami untuk pakan ternak.
c.       Pemerintah telah memperbaiki sejumlah sarana dan prasarana seperti jalan dan jembatan juga dipersiapkan untuk menarik investor mengembangkan usaha di sini. Jaringan transportasi, jalan utama, dan rel kereta api jalur utara dan selatan, yang melintasi Kabupaten Sragen, menjadikan akses daerah ini ke kota-kota besar di Jawa menjadi mudah. Kemudahan lainnya adalah akses ke Bandar Udara Adi Sumarmo (Solo) yang dapat ditempuh dalam satu jam dan ke Pelabuhan Laut Tanjung Emas (Semarang), untuk arus barang ekspor-impor yang terjadi setiap hari, bisa dicapai dalam waktu sekitar tiga jam.
d.      Pemerintah Kabupaten Sragen akan menyelenggarakan kegiatan  KTNA EXPO 2010  pada tanggal, 26 s/d 27 Juni 2010. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Gondang dengan pembagian tempat, di Kantor BPP Kecamatan Gondang untuk kegiatan perlombaan, Gedung IPHI Kecamatan Gondang untuk acara Temu Wicara, dan di Lapangan Sepak Bola Kecamatan Gondang untuk Pameran dan Hiburan Rakyat. Kegiatan expo ini secara garis besar bertujuan untuk mengidentifikasi usaha pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan yang diusahakan oleh Petani dan Peternak di Kabupaten Sragen pada umumnya, baik keunggulan, kelemahan, maupun potensi yang bisa digali dari sektor tersebut. Selain itu para petani dan peternak juga harus diberi pengetahuan dan motivasi untuk terus berinovasi tentang budidaya pertanian dan peternakan yang lebih baik dan menjanjikan. Dari kegiatan ini sasaran yang akan dicapai adalah : Pengetahuan petani dan peternak di bidang pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan lebih meningkat; Petani dan peternak termotivasi untuk mengembangkan usahanya; Pendapatan petani dan peternak meningkat; Memperoleh data dan bukti tentang usaha di bidang pertanian dan peternakan, keunggulan dan kelemahan serta potensi yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Sragen; Lahirnya mitra petani dan peternak yang akan membantu atau bekerjasama di bidang pertanian dan peternakan; Petani dan peternak mempeeroleh solusi dari permasalahan dan hambatan yang mengganggu usahanya; Terjadinya hubungan yang serasi antara petani, peternak dan para mitra atau Stake Holder di bidang pertanian dan peternakan di wilayah Kabupaten Sragen.
e.       Pemberian bantuan pupuk pada masyarakat berupa potongan harga.
f.       Pengupayaan Pengelolaan Pupuk Organik Berbasis Sampah Pasar.
g.      Sosialisasi Pupuk Bokashi di Desa Klandungan Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen. Dengan adanya metode dan teknik penyuluhan sosialisasi pupuk bokasi dapat dilaksanakan dengan baik di Desa Klandungan, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. Diharapkan dengan adanya sosialisasi pupuk bokasi di lahan ini, petani  dapat menerapkan penggunaan Pupuk Bokasi setelah tahu tentang manfaat, keuntungan cara-cara pembuatan dll, petani dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang pupuk bokasi, dan petani mempunyai kemampuan dalam pembuatan dan penggunaan pupuk bokasi. Mengingat betapa mahalnya harga pupuk anorganik saat ini. Dengan pemakaian pupuk buatan yang harganya selalu merangkak naik terus-menerus, sedangkan nilai jual hasil pertanian yang tidak begitu menggembirakan maka alternatif pemakaian Pupuk Bokasi ini akan sedikit mengurangi biaya produksi usahatani.

5.      Analisis partisipasi warga negara dalam menerapkan Fungsi Sosial Hak Atas Tanah dan Landeform Untuk Penguatan Kehidupan Agraris di Kabupaten Sragen
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan yang telah kami lakukan di daerah kabupaten Sragen khusus wilayah Kecamatan Ngrampal, Kedawung, Gemolong, Plupuh, Masaran dan Kalijambe dapat diketahui  bahwa partisipasi warga negara khususnya bagi pemilik tanah sangat pengupayakan hak kegunaan atas tanah yang dimikinya untuk dapat berfungsi sebagai penghasilan yang bernilai ekonomis, jadi tidak ada tanah yang tidak di perdayagunakan yang di miliki oleh pemilik tanah tersebut. Upaya pemerintah Kabupaten Sragen dalam mengupayakan fungsi sosial hak atas tanah sudah di lakukan, di mana pemerintah dalam memberikan bantuan dan penyuluhan untuk mengolah tanah khususnya pertanian harus di lakukan secara terorganisasi yaitu melalui kelompok-kelompok usaha tani yang didirikan dan di kembangkan oleh anggotanya sendiri. Tetapi bagi petani yang lebih memilih mengusahakan fungsi sosial hak atas tanah yang di milikinya dengan cara individual atau tidak terorganisasi, pemerinyah tidak menjamin jika terjadinya kerugian yang di akibatkan dari pendayagunaan fungsi sosial hak atas tanah khususnya di bidang pertanian yang terjadi di wilayah tersebut. Berkaitan dengan landreform, semua petani yang telah kami wawancarai sudah memiliki sertifikat sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah serta membyar pajak tiap tahunnya. Sedangkan untuk petani yang hanya menggarap sawah, sertifikat tanah serta pembayaran pajak berada pada si pemilik tanah, dan penggarap hanya bertugas menggarap tanah.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll