Pemanfaatan Tekhnologi Informasi dan
Komunikasi Berorientasi Kompetensi Dasar PKN
Standar
Kompetensi : 1.Menampilkan Perilaku yang sesuai dengan Nilai-nilai Pancasila
Kompetensi Dasar : 1.3.Menunjukkan sikap
positif terhadap Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tidak dapat
pungkiri, mayoritas perkembangan dunia informasi teknologi (IT) diprakasai dan
dikuasai oleh Barat. Realita ini menyebabkan kebudayaan dan lifestyle
mereka ikut menyusup dan terbawa olehnya, bahkan sengaja diimpor ke sejumlah
negara berkembang. Indonesia adalah target dari pemasaran dari jumlah produk,
seperti kapitalisme, liberalisme dan lain sebagainnya Target mereka tidak
muluk-muluk Indonesia secara keseluruhan, tapi hanya mengincar generasi muda.
Salah satunya melalui menjendela maya. Kurangnya filter terhadap implikasi
negatif internet kerap meninabobokan sebagian generasi muda di Indonesia
sehingga lupa akan dunia nyata mereka.
Jika pertanyaan seputar
Pancasila disodorkan kepada mereka, dapat dipastikan sedikit dari mereka yang
bisa menjawab atau menjelaskannya. Luncurnya nilai-nilai Pancasila di kalangan
muda tidak lepas dari pengaruh internet kontemporer ini. Barangkali ideologi
bangsa itu bagi mereka hanyalah simbol belaka. Atribut kuno, tidak gaul
dan konservatif yang hanya pantas menghiasi di dinding-dinding perkantoran
pemerintahan, dan tidak pantas menyentuh dunia IT. Realita ini tentu sungguh
mengkhawatirkan. Bagaimana pun anak muda adalah generasi penerus estafeta
sebuah bangsa. Jika mereka tidak berkualitas dan bobrok tentu wajah Indonesia
di kemudian hari sudah bisa ditebak.
Rumusan Masalah
Bagaimana cara
kita agar dapat memanfaatkan internet yang sesuai dengan nilai-nilai dalam
Pancasila ?
PEMBAHASAN
Dunia cyber
atau internet dapat disebut sebuah kampung kecil yang unik dan ekonik bagi
penduduk bumi kontemporer ini, terutama bagi kalangan muda. Betapa tidak,
berbagai aktifitas yang seharusnya dikerjakan dengan durasi waktu yang panjang
malah dapat dituntaskan dengan sekejap, berkat internet; Internet telah
menembus semua dimensi waktu dan tempat sehingga mudah menjalin komunikasi
dengan semua orang di berbagai belahan dunia tanpa harus bertemu langsung
secara fisik; Seseorang dapat melakukan transaksi dan belanja online tanpa
repot-repot menyusuri lorong-lorong pasar tradisional atau mall. Melalui
internet seorang pelajar dapat mengeksploitasi informasi dan data tanpa
harus nongkrong berjam-jam di perpustakaan.
Internet dapat
dikatakan juga sebagai “jendela kemana saja” bagi manusia dewasa ini. Unik dan
istimewa bukan, dengan hanya duduk di depan layar komputer seseorang dapat
berslancar ke seantaro dunia. Itulah segelumit magnet-magnet internet yang
memikat. Di Indonesia sendiri mayoritas pengakses internet dikuasai oleh
generasi muda. Internet bagi mereka digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari
education sampai wahana bereuforia. Lebih mencengangkan lagi, tidak
sedikit dari mereka yang menjadikan internet sebagai permaisurinya, bahkan
tidak hidup tanpanya.
Menurut Kepala Dinas
Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Kaltim, Jauhar Efendi menguatkan akan
lunturnya nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila di sebagian
masyarakat Indonesia dewasa ini. Salah satu penyebabnya adalah kemajuan
teknologi informasi (TI) yang sudah merasuk ke semua strata kehidupan
masyarakat. Menurutnya nilai-nilai Pancasila memudar seiring kemajuan zaman.
Sebab perkembangan TI telah merasuki semua sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara, termasuk di rumah tangga sendiri. Contoh misalnya anak kecil seusia
TK saja sudah ada yang melek TI melalui internet, main game di HP, facebook,
twitter, dan lainnya. Apalagi mereka yang sudah sekolah SD, SMP, SMA dan
mahasiswa.
Pemahaman akan
nilai-nilai Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa amatlah penting,
tidak hanya bagi anak muda secara individual tapi juga rakyat Indonesia
secara keseluruhan. Masuknya internet secara bebas ke seluruh pelosok negeri di
Indonesia seharus juga dibarengi panduan berinternet (sebagai filter)
sehat sehingga indentitas bangsa Indonesia (nilai-nilai Pancasila) tetap kukuh
di tubuh generasi muda. Sebab kehadiran perangkat lunak ini acapkali
diterjemahkan generasi muda sebagai wahana entertaint dan hura-hura
belaka. Lewat internet mereka bebas berekspresi sesukanya, tanpa terikat aturan
apapun, termasuk Pancasila.
Realita ini tidak hanya
mengerus dapn meluluh-lantahkan nilai-nilai Pancasila, tapi juga mengelinding
hidup-hidup sebagian generasi muda Indonesia. Jika tidak ada langkah preventif
untuk mereduksi dampak negatifnya, jangankan Pancasila, Indonesia bisa
kocar-kacir karenanya. Gara-gara internet pemerintahan sebuah negara dapat
terancam dan mengalami kegoncangan. Itulah sebagain implikasi negatif internet.
Februari sederetan negara di Timur Tengah, terkhusus Mesir dan Libya merasakan
betapa dahsyat pengaruh media internet. Pemerintah Mesir menvonis internet
sebagai provakotor kekeacauan dan opini publik hingga mendorong timbulnya
pembrontakkan. Cukup mendebarkan bukan?
Sejarah Indonesia
menuturkan, bahwa Soekarno pertama menyebutkan nama “Pancasila” pada 1 Juni
1945 sebagai satu kesatuan dari butir-butir dasar Negara Indonesia. Bhineka
Tungga Ika merupakan inti dari Pancasila. Menjaga keutuhan Indonesia dan
segenap rakyatnya melalui ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Kekokohan Indonesia dapat terus terjaga tanpa perpecahan selama
nilai-nilai Pancasila masih tetap disinergikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Keadaan generasi muda Indonesia modern tentu sangat berbeda suasana
saat Bung Karno berpidato di depan Sidang Umum Pertama Peyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Kendati demikian,
sejarah dan hakekat Pancasila tetap harus diperjuangkan sebagai ia pertama kali
dibumikan di Indonesia.
Hemat penulis, guna
menyuksekan mega proyek bangsa itu tidak perlu kiranya semua butir-butir
Pancasila diejawantahkan ke kelopak mata generasi muda. Selain aksi itu
terkesan pemaksaan, sebab secara psikologis, anak muda juga sangat
mendambakan kebebasan dalam pengembaraan mereka mancari jati diri.
Realita itu urgen dipertimbangkan. Jika mereka dipaksa tentu akan memental
bahkan memancing timbulnya aksi frontal. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah
sentesa kreatif guna mentransformasikan dan mengimplementasikan kembali
nilai-nilai subtansial Pancasila di era mutakhir ini. Terkhusus bagi kalangan
muda Indonesia.
Prof.
Dr. Mr. Drs. Notonagoro, Guru Besar Universitas Gajah Mada dan Universitas
Airlangga dalam bukunya “Pancasila Dasar Falsafah Negara” menjelaskan,
hakekat dan isi Pancasila jika dirumuskan secara ilmiah menurut ilmu logika
adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan akal manusia yang kemudian diekspresikan
melalui perbuatan. Jika nilai-nilai Pancasila telah bersemayam dan kokoh di
dalam diri seseorang tentu aktivitas sampah di dunia maya akan tercegah secara
langsung.
Lumrah
diketahui, bahwa facebook, twitter, blog dan yahoomessanger
adalah arena pertukaran informasi, membangun hubungan sosial bahkan tempat
hiburan terfavorit anak muda dewasa ini. Kondisi bebas di internet sangat
membuka kesempatan bagi kalangan muda tertimpa kecanduan nge-games,
pornografi bahkan cybercrime. Terlebih lagi, dunia internet adalah
area yang sangat rawan pendustaan, manipulasi, penyamaran dan aneka modus
operandi makar lainnya. Hal ini jelas sangat bertentangan dengan butir-butir
Pancasila, baik sila pertama maupun sila terakhir.
Kalaulah
ingin dipersentasekan separuh yang tersedia di media internet adalah baik
bahkan lebih, dan separuh yang lainnya adalah racun yang perlu difilter. Di antara dampak positifnya,
internet sebagai media komunikasi, pertukaran dan pencarian informasi, media
pendidikan, sosial dan kebudayaan dan media internet juga sebagai lumbung uang
(bisnis atau perdagangan online). Adapun dampak negatifnya yang sangat
menonjol di dunia internet antara lain, pornografi, games, penipuan, perjudian,
carding, hacker dan lain-lain.
Mengakhiri pembahasan ini, penulis ingin
berbagi tips berinternet. Berharap segenap anak bangsa dapat beraktivitas
secara sehat dan produktif di dunia maya, terkhusus generasi muda. Penggunaan
internet butuh sebuah manajemen agar penggunanya tidak sia-sia dan merugikan.
Ada tiga kata kunci untuk itu: 1). Kebutuhan 2). Kesempatan 3). Kemampuan. Inilah tiga terminal penyaringan yang perlu
dicermati oleh seseorang sebelum dan ketika berinternet, kapan dan dimana saja.
Ketiga terminal penyaringan itu juga harus diposisikan sebagai pos-pos seleksi
yang berjajar dan berurutan. Mulai pos “kebutuhan”, kemudian pos “kesempatan”,
dan selanjutnya pos “kemampuan”.
Kesimpulan
Penulis
sangat apresiatif kepada Kementerin Komunikasi Informatika (Kominfo RI) yang
meluncurkan free software anti-pornografi untuk media internet.
Kominfo bahkan mendorong semua pengusaha komputer bisa menambahkan software
anti-pornografi di setiap PC yang dijual di Indonesia. Langkah ini sangat
strategis untuk menyelamatkan nilai-nilai Pancasila dan generasi muda
Indonesia. Melalui software sedikit banyaknya akan membantu
menimalisir terjadinya freesexs, pemerkosaan, pelacuran, human trafficking,
pembunuhan dan lain sebagainya. Semua itu jelas berseberangan dengan ajaran dan
petuah Pancasila yang menyuruh semua elemen bangsa “berkemanusiaan yang
adil dan beradab dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Langkah-langkah
bijak seperti itu salah satunya yang penulis maksudkan dalam menyemai
nilai-nilai subtansial Pancasila di tengah kuatnya arus informasi. Bagaimanapun
pemerintahan sangat memiliki peran strategi dalam pemantapan ideologi negara
berazaskan Pancasila, terkhusus bagi generasi muda. Filter-filter, sistem
preventif dan slogan-slogan bersubtansikan Pancasila perlu kembali dibumikan di
seluruh etalase media, secara khusus dunia internet. Tujuan tidak lain adalah
untuk mengiring dan membidani lahirnya media anak muda Indonesia berbasis
Pancasila.
Kalaulah
kita konsisten dan membuka kembali lembaraan terkait sejarah dan hakekat
Pancasila maka mau atau tidak kemajuan ilmu informasi dan teknologi haruslah
diarahkan untuk pengembangan nasional dan bangsa. Tujuan tidak lain untuk
menjadi bangsa menjadi kian bermatabat dengan lahirnya sumber daya
manusia (SDA) yang berkualitas dan mapan. Semua harus diretas sejak dini,
melalui generasi muda yang memiliki jati diri, idealime Pancasila dan
berkepribadian. Mendidik generasi muda sama halnya menjaga dan menyirami sebuah
bunga sampai ia merekah dan menebar harum semerbak bagi lingkungannya.
Saran
Sebelum memulai berinternet, pertimbangkan
betul apakah media, situs, fasilitas apa yang hendak dikunjungi atau materi
yang akan diambil itu memang betul-betul sangat dibutuhkan (sesuai prioritas
dan produktifitas). Jika iya,
maka pertimbangkan apakah kita memang sedang punya kesempatan berupa waktu,
dana, tenaga, dan sarana yang memadai sehingga rencana akses itu relevan untuk
dilanjutkan hingga produktif? Jika iya, maka perhitungkan apakah secara teknis
kita punya kemampuan menuntaskannya sehingga tidak keluyuran kemana-kemana?
Inilah tiga rangkaian pertanyaan yang harus senantiasa diajukan sebelum
beinternet sehingga aktivitas itu betul-betul bermanfaat dan produktif. Jika
demikian, maka aktivitas internet akan terminimalisir dari hal-hal yang berguna
dan hura-hura menyesatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, C.S.T., Drs., SH., Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: P.T. Pradnya, 1980, Cet. Ke-5, h.
308-309.
Notonagoro, Prof. Dr. Mr. Drs., Pancasila
Dasar Falsafah Negara, Jakarta: Penerbit Aksara, 1984, h. 196.
Sumber Internet:
Victor Tandiasa, Pentingnya
Memodernisasi Peranan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Generasi Muda,
http://hankam.kompasiana.com/2011/05/26/pentingnya-memodernisasi-peranan-nilai-nilai-pancasila-dalam-kehidupan-generasi-muda/,
Akses 12 November 2011.
0 komentar:
Posting Komentar