Pages

Selasa, 20 Maret 2012

Makalah Pemanfaatan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi Berorientasi Kompetensi Dasar PKN


Pemanfaatan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi Berorientasi Kompetensi Dasar PKN

Standar Kompetensi   : 1.Menampilkan Perilaku yang sesuai dengan Nilai-nilai Pancasila
Kompetensi Dasar    : 1.3.Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


PENDAHULUAN
                                                     
Latar Belakang
Tidak dapat pungkiri, mayoritas perkembangan dunia informasi teknologi (IT) diprakasai dan dikuasai oleh Barat. Realita ini menyebabkan kebudayaan dan lifestyle mereka ikut menyusup dan terbawa olehnya, bahkan sengaja diimpor ke sejumlah negara berkembang. Indonesia adalah target dari pemasaran dari jumlah produk, seperti kapitalisme, liberalisme dan lain sebagainnya Target mereka tidak muluk-muluk Indonesia secara keseluruhan, tapi hanya mengincar generasi muda. Salah satunya melalui menjendela maya. Kurangnya filter terhadap implikasi negatif internet kerap meninabobokan sebagian generasi muda di Indonesia sehingga lupa akan dunia nyata mereka.
Jika pertanyaan seputar Pancasila disodorkan kepada mereka, dapat dipastikan sedikit dari mereka yang bisa menjawab atau menjelaskannya. Luncurnya nilai-nilai Pancasila di kalangan muda tidak lepas dari pengaruh internet kontemporer ini. Barangkali ideologi bangsa itu bagi mereka hanyalah simbol belaka. Atribut kuno, tidak gaul dan konservatif yang hanya pantas menghiasi di dinding-dinding perkantoran pemerintahan, dan tidak pantas menyentuh dunia IT. Realita ini tentu sungguh mengkhawatirkan. Bagaimana pun anak muda adalah generasi penerus estafeta sebuah bangsa. Jika mereka tidak berkualitas dan bobrok tentu wajah Indonesia di kemudian hari sudah bisa ditebak.
Rumusan Masalah
Bagaimana cara kita agar dapat memanfaatkan internet yang sesuai dengan nilai-nilai dalam Pancasila ?


PEMBAHASAN
Dunia cyber atau internet dapat disebut sebuah kampung kecil yang unik dan ekonik bagi penduduk bumi kontemporer ini, terutama bagi kalangan muda. Betapa tidak, berbagai aktifitas yang seharusnya dikerjakan dengan durasi waktu yang panjang malah dapat dituntaskan dengan sekejap, berkat internet; Internet telah menembus semua dimensi waktu dan tempat sehingga mudah menjalin komunikasi dengan semua orang di berbagai belahan dunia tanpa harus bertemu langsung secara fisik; Seseorang dapat melakukan transaksi dan belanja online tanpa repot-repot menyusuri lorong-lorong pasar tradisional atau mall. Melalui internet seorang  pelajar dapat mengeksploitasi informasi dan data tanpa harus nongkrong berjam-jam di perpustakaan.
Internet dapat dikatakan juga sebagai “jendela kemana saja” bagi manusia dewasa ini. Unik dan istimewa bukan, dengan hanya duduk di depan layar komputer seseorang dapat berslancar ke seantaro dunia. Itulah segelumit magnet-magnet internet yang memikat. Di Indonesia sendiri mayoritas pengakses internet dikuasai oleh generasi muda. Internet bagi mereka digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari education sampai wahana bereuforia. Lebih mencengangkan lagi, tidak sedikit dari mereka yang menjadikan internet sebagai permaisurinya, bahkan tidak hidup tanpanya.
Menurut Kepala Dinas Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Kaltim, Jauhar Efendi menguatkan akan lunturnya nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila di sebagian masyarakat Indonesia dewasa ini. Salah satu penyebabnya adalah kemajuan teknologi informasi (TI) yang sudah merasuk ke semua strata kehidupan masyarakat. Menurutnya nilai-nilai Pancasila memudar seiring kemajuan zaman. Sebab perkembangan TI telah merasuki semua sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di rumah tangga sendiri. Contoh misalnya anak kecil seusia TK saja sudah ada yang melek TI melalui internet, main game di HP, facebook, twitter, dan lainnya. Apalagi mereka yang sudah sekolah SD, SMP, SMA dan mahasiswa.
Pemahaman akan nilai-nilai Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa amatlah penting, tidak hanya bagi anak muda secara individual tapi juga rakyat Indonesia  secara keseluruhan. Masuknya internet secara bebas ke seluruh pelosok negeri di Indonesia seharus juga dibarengi  panduan berinternet (sebagai filter) sehat sehingga indentitas bangsa Indonesia (nilai-nilai Pancasila) tetap kukuh di tubuh generasi muda. Sebab kehadiran perangkat lunak ini acapkali diterjemahkan generasi muda sebagai wahana entertaint dan hura-hura belaka. Lewat internet mereka bebas berekspresi sesukanya, tanpa terikat aturan apapun, termasuk Pancasila.
Realita ini tidak hanya mengerus dapn meluluh-lantahkan nilai-nilai Pancasila, tapi juga mengelinding hidup-hidup sebagian generasi muda Indonesia. Jika tidak ada langkah preventif untuk mereduksi dampak negatifnya, jangankan Pancasila, Indonesia bisa kocar-kacir karenanya. Gara-gara internet pemerintahan sebuah negara dapat terancam dan mengalami kegoncangan. Itulah sebagain implikasi negatif internet. Februari sederetan negara di Timur Tengah, terkhusus Mesir dan Libya merasakan betapa dahsyat pengaruh media internet. Pemerintah Mesir menvonis internet sebagai provakotor kekeacauan dan opini publik hingga mendorong timbulnya pembrontakkan. Cukup mendebarkan bukan?
Sejarah Indonesia menuturkan, bahwa Soekarno pertama menyebutkan nama “Pancasila” pada 1 Juni 1945 sebagai satu kesatuan dari butir-butir dasar Negara Indonesia. Bhineka Tungga Ika merupakan inti dari Pancasila. Menjaga keutuhan Indonesia dan segenap rakyatnya melalui ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Kekokohan Indonesia dapat terus terjaga tanpa perpecahan selama nilai-nilai Pancasila masih tetap disinergikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keadaan generasi muda Indonesia modern tentu sangat berbeda suasana saat Bung Karno berpidato di depan Sidang Umum Pertama Peyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Kendati demikian, sejarah dan hakekat Pancasila tetap harus diperjuangkan sebagai ia pertama kali dibumikan di Indonesia.
Hemat penulis, guna menyuksekan mega proyek bangsa itu tidak perlu kiranya semua butir-butir Pancasila diejawantahkan ke kelopak mata generasi muda. Selain aksi itu terkesan pemaksaan,  sebab secara psikologis, anak muda juga sangat mendambakan kebebasan dalam pengembaraan mereka mancari jati diri.  Realita itu urgen dipertimbangkan. Jika mereka dipaksa tentu akan memental bahkan memancing timbulnya aksi frontal. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah sentesa kreatif guna mentransformasikan dan mengimplementasikan kembali nilai-nilai subtansial Pancasila di era mutakhir ini. Terkhusus bagi kalangan muda Indonesia.
Prof. Dr. Mr. Drs. Notonagoro, Guru Besar Universitas Gajah Mada dan Universitas Airlangga dalam bukunya “Pancasila Dasar Falsafah Negara” menjelaskan, hakekat dan isi Pancasila jika dirumuskan secara ilmiah menurut ilmu logika adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan akal manusia yang kemudian diekspresikan melalui perbuatan. Jika nilai-nilai Pancasila telah bersemayam dan kokoh di dalam diri seseorang tentu aktivitas sampah di dunia maya akan tercegah secara langsung.
Lumrah diketahui, bahwa facebook, twitter, blog dan yahoomessanger adalah arena pertukaran informasi, membangun hubungan sosial bahkan tempat hiburan terfavorit anak muda dewasa ini. Kondisi bebas di internet sangat membuka kesempatan bagi kalangan muda tertimpa kecanduan nge-games, pornografi bahkan cybercrime. Terlebih lagi, dunia internet adalah area yang sangat rawan pendustaan, manipulasi, penyamaran dan aneka modus operandi makar lainnya. Hal ini jelas sangat bertentangan dengan butir-butir Pancasila, baik sila pertama maupun sila terakhir.
Kalaulah ingin dipersentasekan separuh yang tersedia di media internet adalah baik bahkan lebih, dan separuh yang lainnya adalah racun yang perlu difilter. Di antara dampak positifnya, internet sebagai media komunikasi, pertukaran dan pencarian informasi, media pendidikan, sosial dan kebudayaan dan media internet juga sebagai lumbung uang (bisnis atau perdagangan online). Adapun dampak negatifnya yang sangat menonjol di dunia internet antara lain, pornografi, games, penipuan, perjudian, carding, hacker dan lain-lain.
Mengakhiri pembahasan ini, penulis ingin berbagi tips berinternet. Berharap segenap anak bangsa dapat beraktivitas secara sehat dan produktif di dunia maya, terkhusus generasi muda. Penggunaan internet butuh sebuah manajemen agar penggunanya tidak sia-sia dan merugikan. Ada tiga kata kunci untuk itu: 1). Kebutuhan 2). Kesempatan 3). Kemampuan. Inilah tiga terminal penyaringan yang perlu dicermati oleh seseorang sebelum dan ketika berinternet, kapan dan dimana saja. Ketiga terminal penyaringan itu juga harus diposisikan sebagai pos-pos seleksi yang berjajar dan berurutan. Mulai pos “kebutuhan”, kemudian pos “kesempatan”, dan selanjutnya pos “kemampuan”.

Kesimpulan
   Penulis sangat apresiatif kepada Kementerin Komunikasi Informatika (Kominfo RI) yang meluncurkan free software anti-pornografi untuk media internet. Kominfo bahkan mendorong semua pengusaha komputer bisa menambahkan software anti-pornografi di setiap PC yang dijual di Indonesia. Langkah ini sangat strategis untuk menyelamatkan nilai-nilai Pancasila dan generasi muda Indonesia. Melalui software sedikit banyaknya akan membantu menimalisir terjadinya freesexs, pemerkosaan, pelacuran, human trafficking, pembunuhan dan lain sebagainya. Semua itu jelas berseberangan dengan ajaran dan petuah Pancasila yang menyuruh semua elemen bangsa “berkemanusiaan yang adil dan beradab dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Langkah-langkah bijak seperti itu salah satunya yang penulis maksudkan dalam menyemai nilai-nilai subtansial Pancasila di tengah kuatnya arus informasi. Bagaimanapun pemerintahan sangat memiliki peran strategi dalam pemantapan ideologi negara berazaskan Pancasila, terkhusus bagi generasi muda. Filter-filter, sistem preventif dan slogan-slogan bersubtansikan Pancasila perlu kembali dibumikan di seluruh etalase media, secara khusus dunia internet. Tujuan tidak lain adalah untuk mengiring dan membidani lahirnya media anak muda Indonesia berbasis Pancasila.
Kalaulah kita konsisten dan membuka kembali lembaraan terkait sejarah dan hakekat Pancasila maka mau atau tidak kemajuan ilmu informasi dan teknologi haruslah diarahkan untuk pengembangan nasional dan bangsa. Tujuan tidak lain untuk menjadi bangsa menjadi kian bermatabat dengan lahirnya sumber daya manusia  (SDA) yang berkualitas dan mapan. Semua harus diretas sejak dini, melalui generasi muda yang memiliki jati diri, idealime Pancasila dan berkepribadian. Mendidik generasi muda sama halnya menjaga dan menyirami sebuah bunga sampai ia merekah dan menebar harum semerbak bagi lingkungannya.

Saran
Sebelum memulai berinternet, pertimbangkan betul apakah media, situs, fasilitas apa yang hendak dikunjungi atau materi yang akan diambil itu memang betul-betul sangat dibutuhkan (sesuai prioritas dan produktifitas). Jika iya, maka pertimbangkan apakah kita memang sedang punya kesempatan berupa waktu, dana, tenaga, dan sarana yang memadai sehingga rencana akses itu relevan untuk dilanjutkan hingga produktif? Jika iya, maka perhitungkan apakah secara teknis kita punya kemampuan menuntaskannya sehingga tidak keluyuran kemana-kemana? Inilah tiga rangkaian pertanyaan yang harus senantiasa diajukan sebelum beinternet sehingga aktivitas itu betul-betul bermanfaat dan produktif. Jika demikian, maka aktivitas internet akan terminimalisir dari hal-hal yang berguna dan hura-hura menyesatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Kansil, C.S.T., Drs., SH., Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: P.T. Pradnya, 1980, Cet. Ke-5, h. 308-309.
Notonagoro, Prof. Dr. Mr. Drs., Pancasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: Penerbit Aksara, 1984, h. 196.
Sumber Internet:
Victor Tandiasa, Pentingnya Memodernisasi Peranan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Generasi Muda, http://hankam.kompasiana.com/2011/05/26/pentingnya-memodernisasi-peranan-nilai-nilai-pancasila-dalam-kehidupan-generasi-muda/, Akses 12 November 2011.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll